“Iya
lah.. ntar abis gue mandiin Shaloom, gue ke tempat elo deh.. Bye
Cinta..”, ujar Wulan mengakhiri pembicaraannya dengan sahabatnya, Dian
Sastro.
Wulan
Guritno memang sudah lama bersahabat dengan Dian, dan mereka baru aja
janjian untuk pergi bareng ke salon langganan mereka untuk sekedar
ngobrol dan melakukan perawatan rutin terhadap tubuh mereka yang
pastinya merupakan modal utama dua artis cantik ini di dunia
entertainment.
“Mama
mau pegi ama tante Dian lagi ya?”tanya Shaloom, anak semata wayangnya
dengan raut wajah jenaka, yang membuat Wulan tersenyum sedikit tak tega.
Ia tahu akhir-akhir ini sering sekali ia pergi meninggalkan Shaloom
dirumah. Kesibukannya berpacaran dengan pacar barunya, Adilla Dimitri,
membuatnya sering melupakan Shaloom dan sahabat-sahabatnya. Sehingga
kadang ia merasa sedikit bersalah kepada mereka semua, terutama Shaloom.
“Iya.
Mama ada perlu ama Tante Dian. Shaloom ntar maen ama Mba yaa.. Ntar
pulangnya mama beliin J.Co deh sayang..” Wulan berusaha merayu Shaloom
agar mau membiarkannya pergi setelah seharian ini ia bermain dengan
Shaloom dirumah. Hatinya sedang agak jenuh dan bosan dengan suasana
rumahnya.
“Aah..
mamah.. nyogoknya pake J.Co mlulu.. Udah ga level ah!” sahut Shaloom
masih dengan nada merajuk. Ia sebenernya masih ingin bermain dengan
mamanya yang sangat ia sayangi itu.
Melihat
Shaloom yang nampaknya masih ingin bermanja-manja dengannya, Wulan pun
memeluk anak kesayangannya itu erat-erat. “Gue emang sayang banget ama
kamu, anakku.. tapi mama harus ketemu Dian,” bunyi suara hati Wulan yang
seakan tak tahan dengan rengekan anaknya. Tentu saja, ia hanya
tersenyum dan menyimpan keluhannya hanya di hatinya. Ia tak sampai hati
membuat Shaloom kecewa dan ikut merasakan kegalauan hatinya.
“Biarkan
ku pergi…” alunan suara Once yang mengisi ringtone hp Wulan, berbunyi
nyaring dan membuat Wulan melepaskan pelukannya terhadap Shaloom, ia pun
mengecup kening anaknya dengan lembut, lalu mengambil hp-nya yang
nomernya hanya ia berikan kepada beberapa orang tertentu saja. Melihat
Caller ID di layar hp-nya, ia pun termenung sejenak sebelum akhirnya
memutuskan untuk menjawab telepon ini.
“Hallo.. “ ujar Wulan dengan nada datar.
“Gur..
lo lagi ngapain?”. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan ‘Gur’,
dan orang ini pernah mengisi hati dan kehidupan cinta Wulan Guritno.
Ananda Mikola, yang walaupun usianya masih lebih muda daripada Wulan,
terbukti berhasil mengisi kekosongan hati Wulan dan menjadi teman
hidupnya selama beberapa waktu.
“Gue lagi di rumah.. Ada apa Nan?” Wulan pun mulai agak melunak, mendengar suara Ananda yang terdengar agak lelah.
“Gue
mau minta tolong nih Gur.. Kita bisa ketemuan ga?” tanya Ananda dengan
nada lirih. Sepertinya ia sedang gelisah dan baru saja menangis.
“Ada
apa sih, Nan…? Kok tumben lo nelpon gue.. Ga nelpon Bella aja?” tanya
Wulan dengan tenang. Ia tau bahwa Ananda bekas pacarnya ini sering dan
gampang banget ngerasa gelisah dan ia butuh pasangan yang mau dan tabah
mendengar keluh kesahnya dengan sabar.
“Ya justru itu, Gur.. masalahnya ini sama Bella.” jawab Ananda dengan lemah.
“Hmm..
terus kalo dia tau lo nelpon gue, terus mau ketemuan ama gue, gimana?”
Wulan tak tahan untuk menggoda Ananda yang sedang gundah ini. Dalam
hatinya, ia merasa tersanjung, karena dirinya masih dianggap spesial
oleh bekas pacarnya ini.
“Aaaduuuh,
dia ga akan tau lah Gur.. dia lagi syuting di Semarang kok. Gue butuh
elo banget nih, tolongin gue dong..” Ananda Mikola pun semakin terdengar
putus asa.
“Aahh..
elo tuh.. selalu kaya anak kecil. Shaloom aja udah ga ngerengek-rengek
gini.. Rese lo ah.” Wulan pun menjawab dengan nada datar. Ia belum
memutuskan apakah akan menemui Ananda atau tidak, namun ia tersenyum
karena teringat akan masa lalu dimana bekas pacarnya ini memang sangat
kolokan kepadanya..
“Aih, jangan gitu dong Gur… gue kan cuma bisa jujur ama elo doang. Ayo lah… kita ketemuan di apartemen gue ya?”
“Lho..
kenapa harus di apartemen elo? Emang gue mau diapain nih?”, canda Wulan
dengan nada sedikit genit. Di hatinya terlintas sedikit kenangan indah
ketika mereka berdua masih menjadi pasangan. Diakuinya, kenangannya akan
kelihaian Ananda dalam memuaskan kebutuhannya dalam bercinta cukup
mengagumkan.
“Ya ampuun.. di luar banyak infotainment, kalee…”
“Awas
lo kalo macem-macem.. gue laporin Bella, pokoknya..” ancam Wulan masih
dengan nada genit. Ia tau sebenarnya ia juga mulai kangen dengan bekas
pacarnya ini.
Semenjak
Ananda pacaran dengan Laudya Cinthia Bella, komunikasi mereka langsung
terputus. Begitu mereka resmi pacaran, Bella yang cemburuan berat ini
langsung melarang Ananda untuk sekedar menelepon Wulan, karena Bella
sadar, sepertinya Ananda masih memiliki rasa cinta terhadap Wulan.
“Tok tok troktok..” pintu apartemen mewah di Jakarta Selatan milik Tinton Soeprapto, ayah Nanda pun berbunyi nyaring.
Wulan
Guritno yang akhirnya memutuskan untuk menemui Ananda di apartemennya,
berdiri tenang di balik pintu ini. Ia memakai baju terusan tanpa lengan
berwarna ungu pucat, dengan belahan rok di paha kirinya yang sedikit
tinggi, memperlihatkan kemulusan pahanya, membuatnya tampak anggun dan
seksi sekali.
Pintu
pun dibuka, dan wajah kuyu Ananda Mikola menyambutnya, “Waahh.. you
looks gorgeous, Gur..” yang sontak berubah cerah dan tersenyum lebar
menatapnya.
“Apaaan
sih.. gombal lo! Udah gak mempan tau..” ujar Wulan sambil melangkah
masuk lalu menepuk pundak Ananda dengan gemas. Ia tertawa mendengar
rayuan Ananda yang terkesan bombastis dan dulu sering banget ia nikmati
ketika mereka masih pacaran.
“Lo
sekarang rajin fitnes ya Gur.. ? bokong elo makin keren lho.. Sumpah.”
Ananda pun tersenyum sambil menjawab tepukan Wulan dengan usapan ringan
di pantat Wulan.
Harus
diakui, hasil kerja keras Wulan Guritno di gym selama ini memang
membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Pantatnya membulat indah,
dibungkus gaun terusannya yang berbahan lycra, membuat bentuk pantat
indahnya sangat mengundang Ananda untuk mau tak mau mencoba untuk
mengelusnya.
“Husss… ! maen grepe aja.. Gue aus nih.. !” tepis Wulan sambil melangkah masuk dan langsung duduk di sofa.
“Tenaaang..
Tuan putri jangan khawatir. Hamba akan membuatkan minuman favorit Tuan
Putri, Vodka on the rocks, right away..” ujar Ananda bergegas ke pantry
di samping sofa tempat Wulan duduk dengan nyaman.
Wulan
tersenyum, dan hatinya pun melonjak-lonjak gembira. Ia sedang
memanjakan rasa kangennya dan menikmati perlakuan Ananda kepadanya, yang
tak ada bedanya seperti ketika mereka masih pacaran dulu.
“Nan..
sekarang lo bilang deh sama gue. Ada apa sebenernya antara elo sama
Bella?” tanya Wulan dengan ringan sambil ia meminum minuman alkohol
favoritnya yang baru saja dibuatkan oleh Ananda.
“Ah,
elo selalu aja langsung to the point gitu deh.. Nyantai dulu lah.. Gue
kan pengen kangen-kangenan dulu ama elo Gur.” elak Ananda dengan nada
nakal, sambil tangannya mulai bergerak nakal dan berusaha mengelus paha
Wulan Guritno.
“Eh,
rese ya elo.. “, Wulan menangkap tangan Ananda yang nakal dan
mengembalikan tangannya ke pahanya sendiri.. “Elus paha elo sendiri
tuh..” jawabnya dengan nada sedikit kesal.
“Ah,
elo masih sensi aja Gur.. “ Ananda mulai serius dan tak berani lagi
melancarkan rayuan genitnya kepada Wulan. “Gue ama si Bella itu emang
lagi ada masalah nih..”
“Ah,
gue tau.. paling juga dia ga kuat ngeladenin napsu elo..” potong Wulan
sambil tersenyum ringan sambil kembali meminum vodka on the rocks-nya.
“Tuuh,
kan.. malah elo yang mancing-mancing sih. Lo tu emang paling-paling
ya?” kali ini Ananda mengacak-ngacak rambut Wulan dengan gemas dan
langsung dibalas dengan tangan Wulan yang mengubek-ngubek muka Ananda
sambil tertawa geli.
Pergulatan
mereka ternyata tak berhenti hanya disana. Merasa Wulan sedang lengah,
Ananda menciumi lengan Wulan dan tangannya mulai bergerak menggelitik
pinggang Wulan Guritno yang ramping. Merasa kegelian dan tak terima
dengan perlakuan Ananda, Wulan pun meronta kegelian dan menaikkan
kakinya ke sofa untuk menghalangi serbuan ciuman Ananda yang mulai tak
terkendali menghujani lengan dan pundak Wulan, “Heeh! perkosaan!
perkosaan..” teriaknya setengah bercanda karena ia juga sebenarnya mulai
merasa panas dengan guyonan nakal mereka berdua. Apalagi minuman
alkohol yang sudah ia habiskan, pun mulai membuat darahnya naik dan
membuat hatinya bergelora karena sebenarnya ia pun sudah lama haus akan
sentuhan lelaki. Pacarnya yang baru, Adilla tampaknya masih belum bisa
memuaskan gairah Wulan yang terkenal cukup bergelora dan menggebu-gebu.
Posisi
Wulan di atas sofa sepertinya malah menantang Ananda, sehingga membuat
Ananda lupa daratan. Ia pun menyerbu Wulan dengan menindihnya ke depan,
sambil tangannya bergerak sigap berusaha melucuti gaun Wulan yang
berbahan longgar.
Ditindih
sedemikian rupa, Wulan pun akhirnya tak tinggal diam. Ia juga berusaha
membuka baju Ananda dengan tak kalah sigap. Pengalaman bercintanya
dengan Ananda membuatnya hapal betul, bagian sensitif mana yang bisa
membuat Ananda bertekuk lutut kepadanya. Ia melumat bibir Ananda dengan
lihainya, sehingga Ananda pun untuk sejenak melupakan serangannya.
Sementara Wulan melumat dan memainkan lidahnya beradu dengan lidah
Ananda, ia melucuti celana pendek Ananda yang sudah longgar dan segera
mengangkat kaos yang dikenakan Ananda.
Melihat
dirinya yang sudah bugil dilucuti oleh mantan pacarnya, Ananda pun
tersenyum kecut. Merasa tak terima, ia pun segera menarik gaun Wulan
yang sudah terbuka setengah sampai pinggang, lalu berjuang dan
menariknya sekuat tenaga untuk meloloskan gaunnya. Ia tak pedulikan
ciuman bertubi-tubi Wulan di lehernya dan bibirnya. Yang penting ia
harus membuat Wulan Guritno bugil sebugil-bugilnya seperti kondisi
dirinya sekarang ini.
Persis
ketika ia berhasil membuka bra Wulan, dan membuatnya telanjang bulat..
Ananda pun mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum lebar dan bergaya
seperti pembalap yang baru saja melewati garis finis.
Tampang
Ananda yang seperti anak kecil menang balapan, membuatnya gemas bukan
kepalang. Ia segera mendorong Ananda hingga terbaring di atas sofa besar
di ruang tengah, lalu dengan segera mulai menciumi perut Ananda, dan
bergerak lembut perlahan ke arah selangkangannya.
“Hmmmmhhhh…
Guuuurr…. mmmhhhssssss“ Ananda mendesis keenakan, ketika akhirnya
ciuman Wulan sampai di kontolnya yang langsung menegang keras seakan
menyambut lembutnya bibir Wulan dengan gembira.
Kemudian
Wulan terdorong untuk melakukan hal gila yang selama ini tak pernah
terlintas di pikirannya. Mungkin juga karena ia ingin memberikan
surprise kepada Ananda yang selama ini memang memiliki selera seks yang
menurutnya agak liar.
Ia
pun kemudian memasukkan kontol Ananda yang sudah tegang mengeras secara
perlahan kedalam mulutnya. Seumur-umur, mulutnya tak pernah mengulum
dan menyepong kontol manapun. Namun didorong rasa penasaran dan iseng
untuk membuat Bella semakin sakit hati, ia pun memberanikan diri
mengocok kontol Ananda dengan mulut halusnya itu.
“Ooooo,
my god! Guuur… lo ngapain? Mmmmhhhhmmm” Ananda terkejut namun sekaligus
terpejam merasakan kenikmatan luar biasa dari hangatnya mulut Wulan
yang menyelimuti kontolnya. Kocokan lembut dari mulut Wulan membuatnya
langsung lupa akan masalah seksnya dengan Bella. Keberanian Wulan untuk
melakukan blowjob adalah sebuah langkah yang sangat berani. Selama
mereka pacaran dulu, Wulan selalu menolak untuk mem-blowjob kontolnya
walaupun ia sudah mengemis-ngemis dengan memelas.
Apakah
perpisahannya dengan Wulan selama ini malah membuatnya belajar hal-hal
baru mengenai seks? Jangan-jangan pacar baru Wulan yang sekarang sering
mendapat perlakuan blowjob seperti ini? Atau malah sebenarnya Wulan
masih kangen dan cinta dengan dirinya hingga ia memutuskan untuk
memberikan hadiah istimewa seperti ini? Ia pun menjadi terbuai dengan
pikirannya sendiri. Namun kuluman bibir Wulan di kontolnya yang semakin
meliuk-liuk dan kocokan tangannya yang naik turun berirama memompa
kontolnya menyadarkannya dan meraih kepala Wulan sambil membelai-belai
rambutnya menandakan ia sangat menikmati blow job perdana yang diberikan
oleh Wulan Guritno kepadanya.
Rasa
kontol Ananda yang cenderung manis mulai membuat Wulan bosan. Ternyata
sensasi blowjob tidak seperti yang ia bayangkan selama ini. Memang
rasanya tidak seburuk yang ia sangka, karena ia tahu Ananda cukup peduli
akan kebersihan dirinya sendiri. Namun yang ia tak sangka, adalah
efeknya pada Ananda sekarang.. Ia tak pernah melihat Ananda merem melek
senikmat ini. Seakan-akan blowjob simpel yang ia lakukan sekarang ini,
mampu melemparkan Ananda hingga ke langit ketujuh nirwana. Wulan yang
biasanya agak gerah karena serangan dan serbuan buas Ananda kepada
dirinya ketika mereka bercinta, seakan bisa menikmati sejenak suasana
senyap dan damai dalam permainan seks ini.
“God..
oh god… enak banget Gur.. gue mau keluar nih! HHmmmmhhh..” Ananda mulai
meracau tak keruan merasakan orgasmenya yang mulai naik ke ujung
kontolnya.
Mendengar
ini, Wulan pun makin mempercepat kocokan tangan dan mulutnya,
“Slleephhh… Wuslluuuepphhh.. Slleppphhh” bunyi campuran saliva dan
cairan mani dari kontol Ananda bercampur semakin cepat terdengar
menandakan klimaks yang hampir meledak dari kontol Ananda.
“Aaaaaaannnnnnnjjjjjrrrriiiiiiittttt!!!
AAAAAAAhhhhhh…” Ananda pun berteriak dengan nikmat menandakan
muncratnya sperma dari ujung kontolnya yang keras menegang dahsyat.
Wulan
yang belum pengalaman dengan blowjobnya, terlambat untuk menarik
mulutnya ketika Ananda ejakulasi. Mau tak mau, muncratnya sperma Ananda
bertebaran di muka dan beberapa sempat tak sengaja ia telan di dalam
mulutnya. Walaupun rasanya agak asin menurutnya, namun sensasi hangat
dari sperma yang muncrat di mukanya cukup membuatnya gembira.
Seakan-akan ia ikut merasakan meledaknya kenikmatan yang sudah mendaki
demikian perlahan dari kontol besar Ananda.
“Mmmhhh…
gile, Guur.. Gue ga nyangka lo selihai ini sekarang. Lo belajar blowjob
dimana?” canda Ananda sambil memberikan selembar tisyu kepadanya untuk
membersihkan belepotan sperma yang tersebar di sekujur mukanya.
Wulan
hanya tersenyum penuh misteri mendengar nada penasaran dari pertanyaan
Ananda, “Mau tauuu aja!”,jawabnya singkat sambil kegelian.
“Aaah..
elo kok gitu sih! Jujur.. ini surprise banget buat gue. Lo seakan-akan
tau, kalo permasalahan seks gue sama si Bella, langsung bisa dijawab
dengan blowjob lo yang pertama kali buat gue.” Ananda pun langsung
nyerocos menceritakan masalahnya dengan Bella tanpa tedeng aling-aling.
“Gue
tuh heran ama lo Nan. Kenapa sih lo terobsesi ama blowjob? Terus kenapa
juga si Bella ga mau ngasih blowjob yang simpel kaya gini buat elo?”
jawab Wulan dengan sedikit melecehkan. Ia tak mau terbongkar bahwa ini
juga adalah blowjob perdana yang ia lakukan kepada seorang pria. Tapi
nama Bella yang disebut Ananda seakan memicunya untuk menunjukkan bahwa
ia jauh lebih berpengalaman dari ABG murahan itu.
“Aaah
gaya lo, Gur.. Alesan Bella ya sama dengan alesan elo dulu, blowjob itu
kerjaan perek. Apa enaknya ngejilat-jilat kontol yang bukan buat masuk
mulut? Tapi gue harus akuin, ilmu blowjob lo dahsyat banget. Laen banget
sama perek-perek yang biasa nyepong gue. Hehehe…” jawab Ananda dengan
ringan. Sama sekali ia tak punya rasa malu lagi untuk mengakui semua
kegilaannya bermain wanita. Ia seakan yakin, bahwa Wulan juga sudah
melakukan petualangan seks yang tak kalah liarnya, terutama dengan pacar
barunya. Terbukti dari kemauannya melakukan blowjob yang selama ini
selalu ditentangnya mati-matian.
“Hmm..
dasar ABG!” ujar Wulan dengan maksud menghina Bella yang dianggapnya
masih kecil itu. “Sekarang kita ngapain nih? Lo kan udah keluar..”
pancing Wulan yang merasa sudah tanggung. Sekalian saja, ia ingin
melepaskan hasrat birahinya yang terasa sangat liar kali ini.
“Tenang
Gur.. gue tau diri kok. Sekarang lo baringan dulu di sofa deh… Giliran
gue bikin elo kelejotan keenakan.. “ jawab Ananda sambil beranjak bangun
dari sofa tempatnya berbaring. Ia mengelus bahu Wulan dengan ringan,
lalu berjalan ke arah pantry apartemennya.
Wulan
yang kini terbaring pun sedikit tegang. Dalam hatinya ia
bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba Ananda bisa bersikap lembut dan
gentleman seperti sekarang ini. Biasanya ia selalu grasa-grusu dan
selalu tak tahan untuk segera menancapkan kontolnya di memeknya, apalagi
bila melihat ia telanjang bulat sepolos sekarang.
Badannya
sedikit gemetar karena dinginnya AC dan juga akan kejutan yang mungkin
akan segera ia nikmati ini. Ternyata tak salah keputusannya untuk datang
ke apartemen Ananda walaupun pada awalnya ia ragu dan merasa sedikit
bersalah kepada Adilla. Namun, ia pikir sedikit permainan seks yang
tidak ia dapatkan dari Adilla mungkin bisa membuatnya tambah rileks dan
santai hari ini.
Musik
lembut mulai mengalun di ruang duduk tempat Wulan berbaring polos di
atas sofa empuk. Mendengar alunan merdu yang sangat pas dengan suasana
hatinya, Wulan pun tersenyum lalu memejamkan matanya sambil memanggil
Ananda dengan nada menggoda, “Tumbeen banget Naan. Lo belajar dari mana
buat romantis-romantis kaya gini sama perempuan?”
Tidak ada jawaban dari Ananda. Namun sesaat kemudian, Wulan mendapatkan jawaban yang sama sekali tak diduganya.
Elusan
lembut dari secarik kain sutera, perlahan membelai paha mulusnya.
Lembutnya sutra yang bergerak dan sekilas menyentuh bulu-bulu halus di
selangkangannya, segera membuatnya bergumam, “Mmmmmngmm.. gue ga
nyangka. Ilmu elo juga ningkat drastis ya.. .” ujar Wulan menggoda,
sambil merasakan nikmatnya sentuhan lembut kain sutra ini bermain-main
di daerah sensitifnya.
Kemudian,
sutera lembut ini bergerak naik mengelus perut rampingnya, lalu
bermain-main sebentar di daerah toketnya yang membulat sempurna.
Sesekali, sutera ini menggoda puting toket Wulan yang sudah mengeras,
“Hmmmhhh.. nicee.. i love it, Nan.. “ erang Wulan pertanda gairahnya
sudah mulai naik.
Lalu
seakan memberikan kejutan, sang sutera ini naik ke wajah Wulan dan
menyelimuti kedua mata indah Wulan sehingga ia kini tak bisa melihat dan
menebak apa yang akan terjadi berikutnya. Kain sutera yang kedua, naik
menggoda lebih jauh membelai bibir Wulan, lalu melingkari kedua tangan
Wulan yang dinaikkannya ke atas wajahnya, kemudian mengikat kedua tangan
ini, seakan meminta Wulan untuk pasrah sepenuhnya akan permainan yang
segera akan dinikmatinya.
“Hmmm…
laki-laki tu so predictable ya.. Why do you have to dominate in sex?”
Wulan pun berujar nakal sambil tetap mengikuti permainan ini, karena ia
sadar jarang sekali pacarnya Nanda mau melakukan permainan foreplay yang
memanja pasangannya.
Kejutan
berikutnya ternyata lebih dahsyat lagi sensasinya. Seiring dengan
lembutnya kain sutera yang bergerak naik mengelus perut ramping Wulan
dan menyentuh bagian bawah toketnya yang membulat sempurna, tiba-tiba
sebuah es batu diletakkan tepat di atas bulu-bulu halus memeknya.
Seketika itu juga, Wulan menggelinjang kegelian sambil berteriak
tertahan, “Hhhggg!! Apaan nih?!” Paha jenjangnya menggeliat dan Wulan
menaikkan perutnya karena ia tak tahan dengan dinginnya es batu di
selangkangannya.
Namun
tanpa ia sangka-sangka, sensasi dingin di area memeknya, segera
berganti dengan kehangatan dari serbuan lidah yang menyeruput es batu
tersebut dan dengan lihainya sang lidah memainkan tariannya di bibir
memek Wulan, sehingga lagi-lagi Wulan berteriak karena sensasinya,
“Ooowh my Gooodhhhhh… Nanda..Mmmppphh”
Tak
tahan oleh rangsangan yang bertubi-tubi melandanya, Wulan pun merasakan
orgasme pertamanya meledak dengan dahsyat, “ Memek. Ia mengerang
perlahan menikmati orgasme terdahsyat yang sudah lama tak pernah ia
nikmati lagi. Namun, seakan tak memberi ampun, permainan lidah di bibir
memek Wulan yang berkedut kencang masih tak berhenti. Sapuan lidah
hangat ini malah semakin dalam menekan-nekan memek Wulan dan dengan
basahnya kondisi memek Wulan oleh campuran air liur dan cairan orgasme
Wulan, malah menambah nikmat rangsangan baru yang diterima oleh Wulan.
“Sluuurpp..
syyuulllrrrppp..” bunyi lidah ini memainkan liukannya dan menekan-nekan
lubang memek Wulan sehingga mulai membuka semakin lebar. Sesekali sang
lidah mengulum klitoris Wulan, sehingga dalam sekejap gelora birahinya
langsung bangun dan siap membuat gelombang orgasme yang kedua.
Wulan
mulai mengerang-ngerang tak tahan dengan dera birahi yang melandanya
bertubi-tubi, “uuggghhhh… this is definitely the best sex i’ve ever had,
darlin.. Uuuuhhhgmmm.. I love you so much!”
Wulan
mulai menggerak-gerakan panggulnya naik dan turun mengikuti irama
permainan lidah lembut di memeknya. Ia mulai tak sabar untuk segera
merasakan datangnya puncak kenikmatan yang kedua. Semakin cepat ia
menggerakan panggulnya, semakin keras dan dalam sang lidah menekan
dinding bibir memek Wulan yang sekarang sudah sangat basah. Ditengah
serunya Wulan bergoyang membangun gelombang orgasmenya yang kedua,
sedikit gesekan kumis yang kasar di bibir sang lidah menggesek-gesek
bibir memeknya sehingga malah menimbulkan sensasi yang luar biasa di
hatinya. Ia pun semakin bergairah dan berusaha menekan memeknya lebih
dalam lagi untuk memuaskan memeknya yang seakan gatal dan menjadi
tergaruk dengan nikmat oleh gesekan kumis ini.
Namun
tiba-tiba, ditengah gelombang kenikmatan yang kini sudah makin
bertalu-talu dan siap meledakkan orgasmenya yang kedua, Wulan pun
menyadari ada sesuatu yang aneh. Ia tidak melihat bekas pacarnya Ananda
Mikola ini memelihara kumis ketika ia masuk tadi. Dan lagi, ia tahu
persis bahwa Nanda tidak pernah suka dan tidak mau memelihara kumis.
Seketika
itu juga, Wulan merasa takut dan panik. Ia yakin sekali bibir yang
sedang bergulat dengan bibir memeknya sekarang ini dilengkapi dengan
kumis yang menggesek dan menggaruk memeknya yang semakin gatal akan
datangnya orgasme.
Gelombang
kenikmatan sekaligus keresahan yang datang bersamaan, membuatnya
menggeliat-geliat tak tenang. Ia mencoba menggerak-gerakan wajahnya dan
ia berusaha menyingkap kain sutera yang menutupi kedua matanya. Apalagi
dengan keadaan kedua tangan yang terikat menjadi sulit baginya untuk
dapat segera membuka sutera penutup wajahnya.
Tubuh
Wulan yang menggelinjang hebat membuat sang lidah beraksi semakin liar.
Ia pikir, Wulan sudah tak tahan dan sedang diambang ledakan orgasme
yang kedua, padahal Wulan sudah tak tahan ingin segera melihat siapa
yang sedang mengulum memeknya dengan garangnya.
Sebenarnya
Wulan sendiri juga sulit untuk membedakan perasaannya sendiri. Di satu
sisi, birahinya sudah kian memuncak dan gelombang orgasme sudah siap
untuk meledak dan membuat dirinya terbang ke awan. Namun di satu sisi,
kegelisahannya juga makin menggebu-gebu dan rasa penasaran semakin
menyiksanya.
Sampai
akhirnya permainan terhenti karena Wulan melemparkan kepalanya
kebelakang sambil berteriak dengan kencang, ”GGGOOOOOOODDGHHHH… !!”
menandakan orgasme keduanya yang meledak lebih dahsyat dari yang ia
rasakan pertama kali.
Bersamaan
dengan hantaman orgasme dahsyat yang baru kali ini ia rasakan dua kali
melandanya, kain sutera yang menutupi matanya pun terlepas ketika ia
melemparkan kepalanya ke belakang…
Dan
ketika Wulan membuka matanya untuk melihat siapa yang telah dengan
telaten menjilati bibir memeknya hingga memberi ledakan kenikmatan
sebanyak dua kali.., ia pun menganga tak percaya dan langsung berteriak,
“OOMM TINTON!!!”
Rasa
risih dan jijik seketika menyelimuti tubuh telanjang Wulan. Kedua
tangannya refleks menutupi dua toketnya yang putingnya masih berdiri
kencang, sementara ia menarik paha jenjangnya untuk menutupi memeknya
yang masih berkedut-kedut mengecap kenikmatan yang masih tersisa.
Namun,
tangan ayah Ananda Mikola yang masih kekar ini lebih cepat beraksi dan
mengunci kedua paha mulusnya sehingga posisi Wulan Guritno masih
mengangkang dengan lebarnya. Sementara Tinton Suprapto tersenyum lebar
sambil berujar ringan, “Udah dari dulu Oom penasaran sama memek Wulan.
Ternyata memang dahsyat ya..?”
Masih
meronta-ronta mencoba melepaskan kakinya, sekaligus membetulkan
posisinya.. Wulan merintih pelan berusaha memohon ampun, “Oom kok tega
sih! Wulan kan mantannya Nanda.. Ga kira-kira deh Oom!!!”
Namun
bukannya dilepas, malah Oom Tinton mengelus-ngelus paha Wulan dengan
perlahan, “Mantan kan..? Kalo udah mantan… Oom boleh dong icip-icip..”
Wulan
pun semakin menggeliat hebat dengan perasaan jijik luar biasa. “Oom!
Apa kata Nanda, kalo Oom beginiin Wulan?!” ia berusaha merajuk agar ayah
Ananda Mikola ini mengasihaninya. Tapi wajah Oom Tinton yang belepotan
air liur dan cairan memek Wulan hanya tersenyum menyeringai, “Ga usah
khawatir deh cantik.. Ananda udah rela kok.. Kan dia udah punya Bella
sekarang. Hehehehe…” tawa lebarnya membahana sembari ia mengulurkan
kedua lengannya untuk membuka lengan Wulan yang menutupi kedua toketnya
dengan erat.
Wulan
pun kian panik. Keadaan sudah semakin panas, karena ia merasakan kontol
Oom Tinton sudah mengeras menekan perutnya yang ramping. Sambil
meronta-ronta menahan pergerakan lengan Oom Tinton yang berusaha
meremas-remas toket kencangnya, ia berteriak frustasi, “Nandaaa….
Anjiiiiinggggg Loo!” Makian kotor pun akhirnya terlempar dari bibir
Wulan yang mungil. Ia tak kuasa menahan emosinya karena ia merasa Ananda
telah menjebaknya sehingga ia menjadi objek kepuasan ayahnya sendiri.
Melihat
rontaan dan kefrustasian Wulan, Oom Tinton pun menyeringai puas. kontol
hitamnya yang sudah tegak berdiri sudah tak sabar lagi untuk meminta
jatahnya.
Sambil
tangannya masih memegangi kedua tangan Wulan yang tak henti-henti
meronta, ia segera merangsek dan mengulum puting toket Wulan yang sudah
mengeras kedinginan.
“Hggghhh…mmmmAAAnjiiiing….!!
Oom gue ga rela diperkosa kaya gini, Oom!!” derai tangis Wulan pun
meledak ditengah-tengah rasa frustasinya karena harga dirinya sebagai
seorang artis kini sudah luluh lantak karena diperkosa oleh seorang pria
tua.
“Tenang,
manis.. ntar kalo kontol gue udah masuk ke memek lo juga ga akan kerasa
diperkosa.. Percaya deh..” Oom Tinton masih sempat memberi bujukan
manis ditengah pergumulannya dengan kedua toket Wulan yang kencang
sempurna.
“Hmmmmgggbbbrrr….”
Wulan pun bergidik kegelian ketika kumis Oom Tinton bergesekan dengan
puting toketnya. Dengan bernapsu, Oom Tinton menyapu puting kencang
Wulan dengan sedotan dan jilatan lidahnya yang dengan telaten mengenyot
lalu menjilati toketnya layaknya jilatan seekor kucing garong.
Tubuh
Wulan Guritno yang sudah dua kali dibuai puncak orgasme, sekarang basah
oleh keringatnya sendiri. Kulitnya yang putih pualam nampak berkilauan
karena keringatnya yang berpadu dengan mengkilatnya air liur Oom Tinton
di berbagai bagian tubuhnya, membuat tubuh telanjang Wulan menjadi
semakin seksi dan membuat napsu Oom Tinton langsung naik sampai ke
ubun-ubun. kontol Oom Tinton pun sudah mengeras bagai besi, siap
menghujam memek Wulan yang sudah becek dan mengkilat mengundang.
“Gue
ga tahan lagi, Gur! kontol gue udah pengen ngegenjot memek lo nih..”
Oom Tinton pun tanpa sadar memanggil Wulan dengan panggilan sayang yang
biasa dipakai anaknya sendiri. Tanpa menunggu reaksi Wulan, ia pun
langsung melesakkan kontol kerasnya ke lubang memek Wulan dalam-dalam.
“Aaaaaahhhhnnnnjiiingggg!!”
Wulan pun berteriak kaget, karena kontol Oom Tinton yang besar dan
keras langsung menusuk dan memenuhi memeknya. Ia tak pernah merasakan
memeknya begitu penuh sehingga setiap urat kontol Oom Tinton pun bisa ia
rasakan menggesek-gesek dinding memeknya. Sensasi yang baru pertama
kali ia rasakan ini langsung melawan hati nuraninya sendiri, karena
walau ia sebenarnya merasa jijik dan ga bisa terima dengan perkosaan
yang dilakukan Oom Tinton Soeprapto, tapi memeknya seakan berkhianat
dengan perasaannya. Memeknya seakan sedang bergelora dan merayakan
pengalaman baru yang baru saja ia rasakan, karena kontol sebesar dan
sekeras ini ternyata membawa rasa nikmat yang sungguh sulit untuk
dilawan.
“Plep,
Plep.. plephs…” Bunyi paha Oom Tinton yang beradu dengan pantat Wulan
mengisi ruang tamu apartemen mewah milik Ananda Mikola ini.
Wulan
Guritno yang sedang dilanda rasa gelisah dan dilema ini akhirnya
menyerah kepada rasa nikmat yang diterima oleh memeknya dengan pasrah.
Ia hanya bisa memejamkan mata dan berusaha membayangkan ia sedang
dientot oleh orang lain, cowok lain, ia bahkan mencoba membayangkan
pacarnya, Adilla Dimitri yang belum pernah mengentotnya dengan seenak
ini. Pokoknya siapapun selain Oom Tinton yang gemuk dan jelek, yang
sekarang sedang memompa memeknya dengan penuh napsu.
Melihat
perlawanan Wulan yang mulai melunak, Oom Tinton mulai melepaskan
kuncian tangannya. Ia mencoba mengelus-ngelus wajah Wulan yang sedang
memejam keenakan dengan gerakan kontolnya yang dengan mahir berputar dan
bergelut maju mundur memainkan klitoris dan memeknya dengan jurus
mautnya.
Jarinya
membelai lembut bibir Wulan yang merekah basah, dan sedikit terbuka
karena Wulan tak tahan untuk tidak mendesah merasakan memeknya mulai
menerbitkan gairah orgasme berikutnya yang rasanya akan menjadi rekor
orgasme terdahsyat yang pernah dialaminya.
Melihat
Wulan yang kini sudah benar-benar pasrah diperkosa olehnya, Oom Tinton
pun memasukkan jarinya ke dalam mulut Wulan yang mungil. Ia ingin
melihat reaksinya dan meyakinkan apakah Wulan sudah benar-benar dalam
pengaruh kuasa birahinya. Sengaja ia tak bersuara sedikitpun, agar Wulan
tetap bisa berkonsentrasi memanjakan bayangannya sendiri akan pacarnya,
Adilla yang sedang memompa memeknya. Oom Tinton dengan sabar menunggu
sampai Wulan benar-benar jatuh kedalam kuasa birahinya, karena rencana
berikutnya yang ia siapkan membutuhkan kondisi Wulan yang benar-benar
dalam kondisi terangsang hebat sehingga ia rela melakukan apa saja
untuknya.
Telunjuk
Oom Tinton yang sudah masuk ke mulutnya, langsung disambut dengan
kuluman dan permainan lidah Wulan yang sekarang sudah lupa dengan siapa
yang sedang menggenjot memeknya. Ia sudah tak sadar bahwa seorang oom
gendut sedang mengocok kontolnya dengan penuh perasaan di dalam
memeknya. “Sluuurpp.. Sleeph..Ooohh, Hssshhhh…” bunyi mulut Wulan
Guritno yang sedang mengulum telunjuk Oom Tinto, menjadi makin kencang
dan bercampur dengan erangan dan desahannya karena ia merasakan memeknya
mulai berkedut bergelora menandakan gelombang orgasme terdahsyat akan
segera dialaminya.
“Mmmhhh…
terus Dil,.. so good Dil…Hmmmhhhhaaaaahhh!!” Wulan pun mulai meracau
tak keruan dilanda gelombang birahi yang mendaki semakin kencang. Kedua
tangannya malah sekarang sudah beralih dan meremas sekaligus mencakar
bokong Oom Tinton, seakan-akan ia minta untuk digenjot dengan lebih
keras dan lebih kencang.
Melihat
Wulan yang sudah mulai tak bisa mengontrol birahinya, Oom Tinton pun
yakin dan merasa siap untuk melancarkan aksi berikutnya.
Ia
menghentikan kocokan kontolnya, lalu “Phloopphh..” ia pun menarik
kontolnya yang besar dari lubang memek Wulan yang masih hangat
bergelora. Kontolnya basah luar biasa oleh cairan memek Wulan yang sudah
membanjiri selangkangannya sendiri sehingga tampak mengkilat sempurna.
Sebelum
Wulan Guritno yang sedang dilanda birahi dengan dahsyat ini protes
karena kocokan kontolnya terhenti, ia pun memijat-mijat kedua toket
kencang Wulan dengan gerakan dan remasan yang membuat Wulan sejenak
teralihkan, “Hhhmmmmhhhh… Dilla, it feels good, baby….”
Kemudian,
Oom Tinton pun dengan perlahan merengkuh tubuh Wulan dan memeluknya.
Dengan sangat berhati-hati ia mengulum dan menjilat leher Wulan untuk
merangsangnya lebih dalam lagi. Hasilnya, “Aaaaahhhsss… Dillaaaa.. give
me more sayang..” Wulan pun merespon rangsangan di lehernya dengan
desahan mesra.
Oom
Tinton tersenyum puas akan kondisi Wulan yang sudah pasrah ini. Ia
membalikkan tubuh Wulan dengan perlahan, sehingga kini wajah Wulan
membelakanginya. Tubuh Wulan dalam posisi menungging dan bokong Wulan
yang kencang dan mengkilat ini kini menempel dengan paha Oom Tinton.
Sambil
membelakangi, Wulan pun tersenyum simpul sendirian, “Hmmm.. Gosh,
doggie style is my favourite.. Masukin kontol lo cepetan, baby…”
Sambil
tetap mengelus-elus toket Wulan yang tetap kencang walalupun kini
menggantung bebas, tangan Oom Tinton yang lainnya meraih kontolnya
sendiri, lalu menggesek-gesekannya ke lubang memek Wulan yang masih
menganga dan becek oleh cairan cintanya. Gesekan kontol Oom Tinton yang
keras ini semakin membuat Wulan tak tahan akan rangsangan yang diterima
memeknya, “Ngggghhhhgg… come on Adill… gue mau kontol lo, baby… Fuck me
hard.. Aaahhhh…”
Ternyata
gesekan kontol Oom Tinton sengaja dilakukan untuk melumasi kedua lubang
di bokong Wulan. Oom Tinton dengan lihai meratakan cairan memek Wulan
sehingga kedua lubangnya kini sudah basah dan siap untuk dientot lagi.
Wulan
Guritno yang sudah larut dalam birahinya tak sadar bahwa sebentar lagi,
lubang anusnya yang masih perawan akan segera dijebol oleh Oom Tinton.
Ia masih mengira bahwa Moreno yang dibayangkannya akan meneruskan
genjotan kontolnya di memeknya yang kini sudah menganga lebar
berkedut-kedut mendambakan kocokan kontol besar dan keras yang tadi
sudah mengaduk-ngaduk menyebarkan rangsangan di sekujur dinding
memeknya.
Tak
tahan dengan gairahnya sendiri, akhirnya Oom Tinton pun memposisikan
kontol besarnya persis di lubang anus Wulan yang masih perawan. Kemudian
dengan kedua tangannya yang memegang bokong kencang Wulan sebagai
pegangan, ia pun berujar, “Here we go, babyyyy!!!” dan kontolnya yang
basah dan mengkilat itu pun ia hujamkan dengan paksa kedalam lubang anus
Wulan yang sempit dan masih seret itu.
“AAAAAAAAAARRRRGHHHHHHHGGGGGG!!!!”
Wulan pun berteriak kesakitan luar biasa. Matanya langsung melotot
membuka dan membuyarkan mimpi indahnya yang sedang membayangkan dirinya
dientot dengan mesra oleh Moreno Soeprapto yang sudah lama ingin ia
cicipi permainannya.
“Aahhh…
gila Gur! sempit banget bool lo! Hhhhh… “ Oom Tinton pun akhirnya tak
tahan untuk membuka suaranya, karena ia merasakan nikmat luar biasa dari
sempitnya lubang anus Wulan yang masih perawan ini.
“HHHHGGGHHHH!!
Anjiiiing… sakiiiiittttttt!!! AAAGGGHHH!!” Wulan pun mulai kembali
meronta-ronta karena rasa ngilu dan sakit yang amat sangat segera
menjalar dari lubang anusnya ke sekujur tubuhnya.
Selama
ini ia tak pernah rela membiarkan lubang anusnya dimasuki oleh kontol
siapapun, karena ia tak berani membayangkan rasa sakit yang harus
dialaminya. Namun kali ini, rasa sakit yang sangat ia takuti ini
terpaksa ia rasakan dengan cara yang sama sekali tidak menyenangkan,
diperkosa oleh Oom Tinton Soeprapto.
“Jangan
takut sayang.. lama-lama bool lo juga biasa kok. Sumpah! bool elo ini
enak bangetthh..” Oom Tinton pun dengan bebas kini mengelus-ngelus
pantat Wulan yang kenyal, sambil memeganginya karena Wulan Guritno yang
sedang mengalami anal seks pertamanya meronta hebat menaikkan pantatnya
naik dan turun berusaha untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya.
“Blobs..
Plopphhs… Bloohbbs.” kembali bunyi pantat Wulan yang beradu dengan
selangkangan Oom Tinton mengisi permainan seks mereka berdua. Cairan
sperma Oom Tinton yang selama ini sudah tertahan di dalam kontol
besarnya, mulai merambat naik dan menaikkan gelombang orgasme di dada
Oom Tinton. Kontolnya yang semakin basah, membanjiri dinding anus Wulan
sehingga secara perlahan rasa ngilu dan sakit yang dirasakan Wulan pun
berkurang. Perlawanan yang diberikan Wulan Guritno pun kini melemah,
terutama karena memang tenaganya sudah semakin habis digunakan untuk
meronta-ronta, namun selain dari itu, ia pun kini mulai merasakan rasa
nikmat yang lain dari genjotan kontol yang mengisi lubang anusnya.
Selama
ini ia hanya mengenal rasa nikmat yang khas dari kedutan memeknya,
namun gesekan dan kocokan kontol yang kasar kali ini mengisi lubang
duburnya memancarkan sensasi baru yang kalau ia rasakan lebih dalam,
ternyata membawa kenikmatan tersendiri juga.
“Guur…
gue mulai ga tahan niiih.. Kenceng banget bool elo sayang.. “ Oom
Tinton yang sedari tadi menahan gelombang orgasmenya, pun mulai
menggenjot dubur Wulan dengan kecepatan penuh seakan ingin meledakkan
spermanya secepat-cepatnya.
“Hhggglllggghhhh…
Aaahhhhsss… Sshhhhh.. “ Wulan pun kini mengerang tertahan dan semakin
menyerah kepada rasa nikmat yang baru pertama kali ia alami dari kocokan
kontol Oom Tinton di dubur perawannya.
Ketika
lubang anusnya sedang digenjot dengan kecepatan tinggi oleh kontol Oom
Tinton, memeknya yang masih menganga seakan minta perhatian dan
mengirimkan rasa gatal kepada Wulan, sehingga tanpa ia sadari, tangan
Wulan yang tadi sibuk meronta-ronta, meraih klitorisnya sendiri dan
menggosoknya dengan kecepatan yang tak kalah tinggi dengan kocokan
kontol Oom Tinton di lubang duburnya yang perawan.
“Uaaaarrrrhhhh…
cepetan Oom!! Aaarrrrggghhh!!” Wulan pun tanpa sadar berteriak
memanggil pemerkosanya untuk segera memberikannya gelombang kenikmatan
yang sudah lama ia tunggu. Tangannya semakin kacau menggosok klitorisnya
yang sudah mengeras siap meledakkan orgasmenya yang ketiga. Sementara
lubang anusnya pun mulai memijat-mijat kontol Oom Tinton yang juga sudah
mulai berkedut-kedut tak terkendali siap memuncratkan lahar spermanya
di dalam lubang dubur Wulan.
“AAH,
Aaaahhh, GGGHHHHHH, KONTOOOOOOLLLL!!!!” Oom Tinton pun berteriak
kencang sambil menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke lubang dubur Wulan
ketika akhirnya kontolnya meledakkan seluruh spermanya yang sudah
tertahan selama beberapa jam.
“GOOOODDDDHHHH!!
AAAAAAAUUUUUHHHHHSSSS!!!!!” Wulan pun berteriak tak kalah kencang dalam
waktu yang bersamaan karena memeknya akhirnya mengabulkan gelombang
orgasme yang ketiga membanjiri seluruh ruang di dalam memek Wulan
Guritno yang sebelumnya tak pernah sedahsyat ini dibanjiri kenikmatan
dan olah permainan seks yang sungguh bergelora.
Tubuh
mereka berdua pun ambruk dan dengan lunglai saling bertindih di atas
sofa empuk di tengah ruangan. Oom Tinton terdiam merasakan kedutan
kontolnya yang masih sekali dua kali berkedut memuncratkan sisa-sisa
spermanya ke dalam lubang dubur Wulan yang sudah tak mampu menampung
semua spermanya, sehingga mulai membanjir dan luber hingga menetes ke
memek Wulan. Sementara Wulan Guritno yang baru saja diperkosa oleh ayah
dari mantan pacarnya juga terdiam, merasakan kedutan kencang dari
memeknya yang seakan berterima kasih padanya karena sudah lama tak
pernah merasakan kocokan kontol lelaki dan kali ini langsung mendapatkan
kepuasan maksimal tiada tara.
Oom
Tinton yang lebih dulu sadar, pun bangkit dari sofa empuk ini. Lalu
sambil mengelus rambut Wulan yang halus, ia berujar, “Makasih ya Cantik.
Udah lama oom pengen ngerasain ngentot sama kamu. Dan terbukti,
penantian oom selama ini terbayar lunas dan Oom puaass buaaaanget..”
Wulan
Guritno yang masih terpejam tak menjawab dan tak berani membuka
matanya. Ia sadar, bahwa sebenarnya dirinya marah luar biasa karena
perkosaan yang dilakukan Oom Tinton benar-benar memalukan dan tak bisa
diterimanya. Namun demikian, pengalaman seks yang baru pertama kali ia
alami ini juga betul-betul dahsyat dan membuatnya lupa diri akan siapa
yang bermain cinta dengannya. Ia tak lagi merasa diperkosa, namun ia
merasa diajari suatu permainan baru yang seakan membuka lembaran baru
dalam hidupnya.
Lalu,
tiba-tiba sebuah suara yang sama sekali tak disangka oleh Wulan pun
menyapanya lembut, “Guurr.. .goyangan elo hebat banget, beib.. Kalo
bukan gue utang sama bokap gue, bisa jadi gue yang merawanin bool keren
lo itu, sayang..”, Ananda Mikola duduk sambil mengecup kening Wulan
Guritno.
Mendengar
suara Ananda Mikola yang akhirnya muncul setelah perkosaan ini
berakhir, ia pun membuka matanya dan semakin terkejutlah ia melihat
Ananda Mikola jongkok di depannya ternyata memegang handycam yang sudah
sedari tadi menyorot mukanya yang terpejam masih merasakan sisa
kenikmatan di kedutan memeknya.
Menyadari
perkosaan yang memalukan ini sedari tadi direkam oleh Ananda Mikola,
bekas pacarnya ini, ia pun tak berani membayangkan apa yang bisa Ananda
perbuat dengan rekamannya itu.
Wulan
Guritno yang telanjang dan basah oleh keringat, pun dengan gontai
berusaha bangkit sambil berujar lemah, “ Anjiing!! Lo emang ngentot,
Nan!”
Mendengar
makian Wulan, Ananda Mikola pun tersenyum gembira sambil memonyongkan
bibir khasnya, seakan memberi kecupan kepada Wulan. Ia sudah tak sabar
untuk segera mengirimkan hasil rekaman perkosaan Wulan Guritno ini
kepada pemesannya, seorang yang sudah bernegosiasi alot dengannya dan
meyakinkannya untuk merekam Wulan Guritno menjadi obyek perkosaan
ayahnya sendiri.
Ia
tak kuasa menampik tawaran yang ia terima dari orang ini, sehingga
akhirnya ia pun terpaksa merelakan bekas pacarnya yang sebenarnya masih
ia sayangi ini dinodai.
“Aah.. sorry Gur. But life goes on, beib!” ujar Ananda dalam hati.
0 komentar:
Posting Komentar