Minggu, 11 Januari 2015

Kontolku disepong 3 cewek

Hari ini adalah hari Minggu, tak seperti hari-hari lainnya aku harus bangun pagi, untuk bersiap pergi ke kantor, hari ini aku santai sekali. Sudah pukul 9 pagi aku masih saja bermalas-malasan di kamarku sambil menonton televisi. Acara berita pagi diselingi dengan iklan kemudian acara olahraga menghiasi hari liburku. Aku kemudian pergi kebelakang, karena rasa sesak diperutku menyuruhku untuk segera kebelakang. Setelah itu perasaan lapar mulai menjalar. Aku tak tahu harus sarapan apa, karena biasanya aku sarapan dikantor. Tetapi pagi ini rasanya sangat malas untuk pergi keluar sekedar membeli sarapan pelepas lapar. Aku memutuskan untuk tetap dirumah saja pagi ini. Aku berpikir untuk makan nanti siang saja sekalian. Dan akupun melanjutkan acara menonton televisiku dikamar.


Aku terbangun, suara motor tetangga diluar membangunkanku, ternyata aku ketiduran lagi. Aku merasa sangat lelah sekali, karena tadi malam aku tidur agak terlambat. Kemudian aku bangkit dari ranjangku. Kali ini perutku merasa sangat lapar, sepertinya tak dapat ditahan lagi. Aku memutuskan untuk pergi ke mall dekat rumahku. Aku bersiap diri, mandi dan memakai pakaianku. Aku memakai celana jins abu-abu dengan kemeja hitam berlengan pendek. Kemudian aku keluar dan tak lupa menutup dan mengunci pintu rumahku. Aku memutuskan untuk jalan kaki saja, maksudku untuk sekalian olahraga, karena pagi ini aku nyaris tak banyak menggerakkan badanku, dan lagipula jarak antara rumahku dan mall tujuanku tak terlalu jauh, hanya 15 menit berjalan kaki.

15 menit kemudian aku sampai di mall, segera mencari-cari tempat makan yang sreg di hati. Aku kemudian masuk ke salah satu restoran langgananku. Kebetulan disana banyak gadis-gadis berjilbab yang cantik dari abg sampai mahasiswa nongkrong disana. Aku memang sangat suka pada gadis berjilbab, apalagi mereka yang berdandan dengan seksi dan pakaian serba ketat. Menurutku mereka lebih feminim, anggun, dan lebih menantang. Aku kemudian duduk, dan memesan kepada pelayan disana

“pesan apa mas?” tanya pelayan kepadaku
“Biasa mbak…” jawabku singkat.
Aku memang sudah biasa makan disini. Aku yang bekerja sebagai manager disalah satu perusahaan dikotaku, membuatku mempunyai banyak kenalan, termasuk manager restoran ini. Sambil menunggu pesananku datang aku melihat-lihat gadis yang ada disana.

Kemudian tak lama aku melihat 3 orang gadis berjilbab yang sepertinya adalah mahasiswa masuk ke restoran. Kulihat baju mereka bagus dan melekat ketat di badan mereka, membuat kemolekan tubuh mereka terlihat, kulit merekapun bersih dan putih, dan dengan mengenakan jilbab dengan warna yang pas, dan dengan gaya yang anggun dan feminin. Aku terus memandangi mereka, dan sepertinya mereka menyadari kalau aku memperhatikan mereka.

Tak lama pesananku datang, dan aku mulai menyantap hidanganku. Sedang lahapnya aku makan, tiba-tiba 3 orang gadis berjilbab yang sedari tadi kuperhatikan datang menghampiriku, dan langsung ikut duduk di mejaku yang memang untuk 4 orang.

“Boleh duduk disini mas?” sapa salah seorang gadis tadi padaku,
“Oh, silakan dik, mau pesen juga ya, kalo gitu aku panggil ya” aku memanggil pelayan yang tadi untuk segera ke mejaku.
“Nah, silakan pesan adik2”
Mereka kemudian membuka menu, dan memesan. Aku bersikap sopan, tetapi terus mencuri pandang mereka bertiga. Dari dekat mereka memang semakin cantik dan seksi, apalagi bau mereka juga harum. Naluriku sebagai seorang laki-laki mulai berbicara, terbukti dengan mengerasnya penisku.

Setelah selesai memesan kami mulai berbincang,
“oh iya mas, kenalin aku anna, dan ini adalah dini dan tiara” mereka mengenalkan diri dan bersalaman denganku.
“Oh ya, aku ronnie” jawabku.
Anna duduk didepanku, dini disamping anna dan tiara disampingku.

Kemudian pesanan mereka bertiga datang, mereka mulai menyantap hidangan. Sambil kami terus berbincang.
“Oh ya, anna lihat, mas tadi perhatiin kami bertiga sejak kami masuk tadi”
“oh iya, maaf kalo gitu ya anna, maklum lah laki-laki” jawabku sekenanya karna aku kini salah tingkah didepan 3 gadis cantik.
“Oh nggak apa-apa mas, kita suka kok diperhatiin”jawab tiara, ia kemudian meraba-raba batang pennsku dari luar celana jins ku dengan tangan kirinya yang memang sedari tadi sudah mengeras.
“Ohh..” aku mendesah tertahan, saat tiara kemudian meremas penisku.

Kemudian ia melakukan tindakan yang lebih jauh lagi, ia melepaskan ritsleting celanaku, dan memelorotkan celana dalamku hingga penisku menyembul dibawah meja. Untung karena taplak mejanya panjang, jadi tak kelihatan oleh orang sebelah.
“ohhh…apa yang kamu lakukan tiara…hnggghkkk…kalllooo keliatan orang kan malu…” Tiara kemudian mengocok batangan penisku dengan tangannya yang terasa sangat lembut itu. Kemudian aku merasakan sesuatu yang basah menyelimuti penisku. Aku tak melihat dini di sebelah anna lagi. Ternyata dini telah berada dibawah meja, kini ia sedang mengoral penisku.

“ooohhkkkk….enakkkk” desahku tertahan karena takut ketauan.
Kemudian terasa kocokan pada penisku semakin cepat, dan aku merasa sesuatu akan meledak pada penisku.
“ooohhkkhhh….aku keluarrrrr” aku mengeluarkan lahar panasku dalam mulut dini yang tengah aktif dibawah sana.
Terasa spermaku dihisap sampai habis oleh dini. Kemudian tak lama dini pun muncul dari bawah meja, sambil menyeka bibirnya dengan jilbabnya.
“Kalian gila, gimana kalo ketahuan…??”
“Tapi enak kan mas? Itu hukuman karena mas berani-beraninya menatap kami seperti tadi” jawab anna.
“Tapi ini baru hukuman pertama mas, mas ronnie harus ikut kami” sambung dini.

Kemudian setelah selesai membayar, tiara menarik tanganku dan mengajakku ke parkiran tempat mereka memarkir mobil merah mereka. Mobilnya cukup bagus. Sepertinya mereka ini anak-anak orang kaya. Aku masuk dalam mobil mereka. Didalam perjalanan, mereka mempreteli pakaianku didalam mobil, hingga aku telanjang bulat, tanganku diikat mereka ke belakang. Mereka memainkan penisku hingga kembali mengeras sempurna. Aku tak bisa membayangkan apa yang bakalan mereka lakukan kepadaku. Aku berharap sesuatu yang enak dan nikmat tentunya.

Beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah rumah yang cukup megah, sepertinya adalah rumah anna. Terlihat tak ada siapa-siapa di pekarangan rumah itu. Kemudian dengan keadaan terikat, aku didorong oleh dini dari dalam mobil, sambil memegang tali ikatan tanganku. Kemudian anna menarik penisku dengan tanganku seperti menarik belalai gajah, Agar aku berjalan mengikutinya. Kemudian aku sampai pada sebuah kamar, ikatanku kemudian dibuka. Dan aku didorang oleh anna ke ranjang yang sangat empuk. “aku duluan ya, kalian kan udah tadi” kata anna kepada dua temannya. Kemudian dengan sangat bernafsu, anna menerkam penisku seperti orang kelaparan, dan segera mengulumnya dengan kuat.

Sementara dini dan tiara bermain dengan bagian atasku. Tiara mengulum bibirku sedangkat dini menghisap-hisap puting ku. Aku benar-benar tak membayangkan kenikmatan yang ku peroleh ini. 3 orang gadis cantik berjilbab, tengah mengeroyokku. Aku benar-benar nafsu dibuatnya. Kemudian dini mengambil beberapa pil dan segelas air,
“mas minum ini” katanya padaku.
“untuk apa ini?” tanyaku singkat,
”udah mas diminum aja” jawabnya.
Aku menenggak pil-pil itu sekaligus. Beberapa menit kemudian aku merasa sangat bertenaga. Mungkin itu adalah obat kuat.

Kemudian aku melihat anna telah menurunkan celana dalamnya, dan sepertinya sudah tidak tahan lagi. Kemudian dini dan tiara memegangi kedua tanganku
“Kenapa dipegang?” tanyaku,
“mas nggak boleh menyentuh kami, Cuma kami yang boleh menyentuh mas” kata tiara sambil kemudian mengikat kedua tanganku di tepi ranjang.

Anna kemudian naik ke ranjang, dan menggangkangi penisku. Dini dan tiara kemudian menggenggam penisku dan mengarahkannya pada vagina anna. Anna kemudian menurunkan pantatnya yang bulat, tanpa kesulitan penisku yang cukup besar yang berukuran 17 cm dan diameter 5 cm masuk seluruhnya dalam vagina anna yang sudah basah kuyup itu.
“ooohhh besarr sekali….enakkkk” kemudian tanpa menunggu lagi anna menggenjot penisku dengan kecepatan tinggi.
Sampai tubuhnya menghentak-hentak dan jilbabnya berkibar-kibar.
“Hohhh…hooo…ooohhggkkk anna….enak…sempithh….” racauku sambil menikmati goyangan dan jepitan serta lumatan liang vagina anna yang sepertinya sangat terawat, karena terlihat sangat bersih dan bibir vaginanya yang berwarna pink.

15 menit anna menggoyang tubuhnya hingga ia orgasme dan tubuhnya mengejang.
“OOOHHHGKKK aku nyampeeee….” anna kemudian melemas dan tergeletak di sebelahku yang masih terikat, jepitan vaginanya yang terlepas dari penisku mengeluarkan bunyi ‘plop’. Anehnya aku masih belum merasakan akan orgasme.

Kemudian tiara langsung naik keranjang dan mengangkangi penisku, kemudian langsung mengarahkan batangan penisku yang sudah keras seperti baja dan telah memerah ke liang surgawinya.
“oooohhhhhgggjkk mass….besarnya, kerasnya….” jepitan vagina tiara terasa lebih sempit dan denyutannya terasa lebih kencang, sehingga penisku serasa di pijat dengan keras oleh liang kenikmatannya itu.

Kemudian tanpa menunggu lagi, tiarapun langsung menggenjot penisku dengan kecepatan tinggi. Dia memutar mutar pantatnya sehingga penisku terkocok sempurna dalam vaginanya, akupun merasakan kenikmatan tiada taranya. 15 menit tiara menggenjot penisku kemudian ia mengejang nikmat, mengeluarkan seluruh hasratnya pada penisku,
”OAHHHGDDHHHH….enaakkkkkk mass…anumu tebel sekali”.
Kemudian tiarapun ambruk dan segera digantikan oleh dini yang melakukan hal sama dengan tiara dan anna tadi. 15 menit dini pun memperoleh orgasmenya atas penisku.

3 gadis cantik itu telah memperoleh kepuasan dari penisku, tetapi aku sedari tadi belum juga orgasme. Aku hanya merasakan kenikmatan-kenikmatan luarbiasa dari jepitan vagina 3 gadis berjilbab itu tanpa pernah mencapai puncaknya. Kemudian mereka bertiga mengelilingi pensku yang masih berdiri tegak, mereka bertiga terlihat kagum dengan benda kejantanan ku itu.
“wah hebat sekali ni, belum keluar-keluar juga, kita apain ya an?” tanya tiara pada anna.
“kita kerjain aja, ntar mani-nya kita ambil ‘n bagi-bagi sama temen-temen”
Lalu merekapun mulai menjilat dan menghisap penisku sehingga aku merasakan kenikmatan tiada taranya. penisku dikerjai 3 orang gadis cantik berjilbab sekaligus.

20 menit mereka mengerjai penisku, aku merasakan akan meledakkan orgasmeku.
“wah dah kedut-kedut nih, cepet ara” tiara dengan sigap mengambil sebuah botol film dari lemari di sebelah kiri ranjang ranjang.
Lalu tiara memasukkan menutup lubang kencingku dengan botol tadi sambil mengocok penisku dengan cepat.
“OOOOORRGGKKKK akhuuuu kelluuuaaarhrhhh” ‘cret-cret’ sekitar 10 semprotanku memenuhi botol tadi sampai 3 per empatnya.
Cukup banyak spermaku yang keluar. Anehnya penisku tidak lemas setelah mencapai puncak kenikmatan pertama kali.

Mereka bertiga lalu, terus menggenjot dan mengerjai penisku hingga 10 buah botol film terisi penuh dengan spermaku. Aku pun lemas dan lelah dibuatnya. Mereka lalu melepaskanku dan mengembalikan pakaianku.
“makasih ya mas mani-nya stok kosmetik kita jadi banyak nih, n bisa dijual juga, Hehe” Aku kemudian diantarkan oleh sopir mereka pulang.

Sementara aku berlalu, terlihat mereka mengoleskan spermaku kewajah mereka masing-masing seakan-akan mereka memakai pelembab wajah. Lalu mereka juga meminum spermaku itu sambil melambaikan tangan kepadaku. Wah gila ni cewek-cewek, berjilbab, tetapi suka dengan sperma…tetapi ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan.

Tamat

Ternyata Kontolku dilomot

Petualanganku di dunia birahi sudah malang melintang. Dimana pun lokasi syur di Jakarta sudah pernah ku datangi. Ada satu tempat favoritku di daerah Jakarta Timur. Tempat itu memang untuk kelas bawah, tapi aku menemukan keunikan tersendiri di situ. Ceweknya banyak yang muda-muda dan masih polos seperti orang desa. Dandanannya pun masih seperti di kampungnya.

Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku menawarkan diri mengantarnya sampai ke rumahnya. Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama. Kami janjian ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan Cirebon. Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek.


Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia, dia sekolah sampai kelas 4 SD. Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS, kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam.

Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya.

“Nak, nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,” kata bapaknya.
Jadi sebelum gw memohon sudah ditawari so ya why not kan. Lantas gw keluarin Rp 100k kasi langsung sama emaknya.
“Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.”

Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus dengan banyak air. Yang makan berenam. Adik si cewek ada 2 soalnya. Gw gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. Gw kurang selera, karena ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. Gw telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan indomienya. Biasanya dua bungkus gw makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah gw jadi gak enak body.

Abis makan gw keluarin 50 k kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50k lagi gw kasi ke dia juga dengan pesen untuk keamanan. Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman. Buset deh, jadi raja minyak gw di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa gw menerka minat obrolan dia. Begitu gw tau dia tertarik ama pertanian. Gw keluarin jurus-jurus dewa mabok gw untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara gw bisa njabani. Kalo soal olah raga gw nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama gw, wakakakak.

Gw inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. Gw bilang semangka tanpa biji bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang ditanam apanya. Gw bilang ya biji, ada tuh bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal.
“mau dong” kata bapaknya.
"Yah nanti deh kalo saya kemari lagi."

Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan nyuruh gw istirahat.
“Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu.”
Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi gw PD aja meski rada was-was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan. Was-wasnya kalau ada apa-apa gw lari kemana. Gw kan gak bawa kendaraan. Oh ya gw lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan bawa mobil, mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.

Si bapak nunjuki kamar tidur untuk gw, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur gw baru pernah kali itu tidur pake kelambu. Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin gw tidur ama anaknya, gw jadi bingung pengen malu ama siapa wakakakakak. Besok paginya gw rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur.Mungkin nunggu sampai gw juga bangun.Wah setia banget.

Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis. Gw salut ama diri gw sendiri, sebab petualangan itu gw jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. Gw akhirnya nginep lagi semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan gw rasa aman-aman aja. Seharian di kampung gw ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia malah nunjuki potensi cewek di desanya. Jadi gw dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan. Bukan satu, kalo gw nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke gw.

Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda, mungkin usianya masih 13 - 14 tahun. Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi.

Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.

Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok. Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia sekitar 15 tahun. Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke kota.

Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek). Kami disambut seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.
“Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan kami.
Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan.
“Dari mana mas,” tanya ibu si Nani.
“Jakarta,” jawabku singkat.

Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku .

“Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi, katanya.
Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua.
“Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu Karta.
“ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku.
“Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,” katanya merendah.

Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri membrief aku, bahwa semuanya oke dan ada juga uang keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi. Heri kemudian pamit kepada mak nya Nani dan segera ngacir.

Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan kuserahkan ke Bu Karta.
“Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.”
Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia gak beranjak dari tadi.

“Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,” katanya.
“Mau buat mi bu,” kata ku.
“Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget,” katanya sambil matanya genit.
“Boleh saya masak mi nya di dapur bu,”
“Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke bagian belakang rumahnya.

Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan muka , langsung masuk kamar. Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng.
“Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta.
Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku.
Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung sagu.“ Segini cukup gak mas airnya.
“Kurangi dikit mbak.”

Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap.
Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta.

“Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,”
“Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan, dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,” kata ku .
“Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat satu (metingkrang).
“Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,” kata mak Karta.
“Digoreng aja biasa mbak,” kata ku.

Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.
“ E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya.” kata mak Karta.
Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga sikat gigi.

Maknya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga. Mereka masing masing menjinjing ember kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya.

Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun singkong. Di situ hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka. Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka.

Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam yang memang bentuknya boxer.

Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa. Astaga mereka berdua membuka semua bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember. Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang.
“Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,”

Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami hanya ember.
“Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,” kata Mak karta.
Aku hanya nyengir,
“Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,” kataku berkilah.
Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali,” kata bu Karta.

Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin ukuran 38 , perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia, pantanya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.

Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang, jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya. Karena mereka cuek, aku juga cuek aja, meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula pastilah on.

"Gitu dong mas jangan malu-malu," Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti gambas atau oyong. Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok.

Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani. Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku. Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium. Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air.  Tapi aduh sama ternyata burungku dilomot si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.

Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku. Aku segera menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas.

Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya. Aku mau balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku terpampang mem3k berjembut lebat. Lidahku mencari sendiri belahan mem3k sambil tanganku menyibak hutan rimba. Mem3knya tidak ada baunya, malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke mem3knya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku.

Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang.

Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis. Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat. Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah bilang
“udah-udah mas ampun mas saya lemes banget,” katanya setelah dia meregang puncak orgasme.

Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke mem3knya dari belakang. Beda banget mem3k sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk. Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas.

Si emak lagi di duduk dilantai lemes.
“Si emas jago banget maennya,” kata emak.
Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu. Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.

Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku.
“Aku gemes sama si emas abis cakep sih,” katanya.
Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat.
“Panas banget boleh gak kita buka baju,“ kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa mereka.

Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana ku sampai aku telanjang bulat.
“Kok dibuka semuanya,” kata si Nani.
“Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku.
“Idih,” kata Nani.

Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas tol ku sambil menciumi pipiku. Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi seluruh badan ku.

Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga..
Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya disuruh ngemut tool-ku.

“Jangan sampai kena giginya, nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku sampai ke lubang matahari

Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku. Kukuak mem3knya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar.

Nani mendesis sambil mengerang. Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke dalam mekinya. Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. Toolku seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan tahanan tanganku.

Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai dan dia menjerit. Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya.

Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya teraba. Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga ikut teriak panjang.

Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.

Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil.

Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah lampu minyak. Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri. Aku merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya berlaku manja sekali dan sering menggelendot.

“Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan” kata si emak.
:”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku.
Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. “Enak banget ya padahal Cuma gitu aja bikinnya, “ kata si emak.

Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami bertiga kembali berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua. Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan. Jam 7 baru kami terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri. Di sumur tidak terjadi insiden.

Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si emak minta agar aku memperpanjang waktu dan minta Heri datang besok lagi.

Memek kakak Iparku

Cerita Ini adalah pengalaman nyata yang aku alami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsu.

Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh.

Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius.

Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari.

Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.

Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang di daerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam.

Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit.

Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.

Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini.

Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.

Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.

“E..ee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah ingin menutup pintu.
Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi memohon maaf.
“Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri di depan pintu mau menutup pintu.

Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku sambil berkata
“i…i…iya , tidak apa-apa….”.
Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku.

Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok pintu kamar Uni.
“Ada apa Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu.
Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan.

“Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.
“Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku.
“Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.

“Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.

Aku jadi nggak tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya. 
“Sudahlah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.”
Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya.

Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.

“Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku.
Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dan usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Kucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.

Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku.Uni masih diam.

Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai ke ujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak ,
” Ahhhhhhhh……..”

“Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku.
Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..
”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya.

 Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung ku naiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.

Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme, gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang,
“Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak.

Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku.
“Jangan keluarin di dalam ….aku lagi subur,” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.

 Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya.
“Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras.
Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.

“Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.

Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas.

Tamat

Kontol Juraganku menjebol memekku

Namaku sebut saja ningsih (18) aku seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya raya di jakarta. Pekerjaan ini terpaksa aku lalukan karena aku hanya lulusan SMA dan aku butuh uang untuk membantu ekonomi keluargaku di kampung. Kata orang wajahku lumayan cantik dengan proporsi tubuh tinggi 167 cm dan berat 48 kg. Kulit ku juga bersih dan mulus.

Terus terang aku senang bekerja sebagai pembantu di keluarga Ibu Rini ini. Majikanku penyabar memberi gaji bulanan yang cukup dan memperlakukanku dengan baik. Suami majikanku seorang dokter yang tidak pelit sering memberiku bonus. Wajahnya juga ganteng dan terlihat macho. Sementara Nyonya Rini seorang pengusaha.

Kisah yang akan aku ceritakan ini bermula saat majikanku, Pak Rafy 52th, pulang kerja dari rumah sakit. Kedua majikanku itu ternyata juga ramah, Dia juga tampan dan tubuhnya atletis. Hanya beberapa minggu setelah bertemu aku sudah tidak canggung lagi denganya. Aku ngak menyangka kalau akau akan terlibat kisah denganya.

Ceritanya pagi itu aku di panggil oleh majikanku itu. Sampai di ruang kerjanya aku kaget banget karena waktu itu Pak Rafy menatapku tajam. Aku kikuk banget tapi Pak Rafy biasa saja. Aku jadi menundukkan kepala karena tegang.

“Pak rafy memanggil saya ada apa” tanyaku dengan gugup sambil berusaha untuk tidak melihat tatapan mata majikanku itu.

“Iya tolong..duduk, aku mau menyampaikan sesuatu.” Katanya setelah bangkit dari tempat duduknya.

Ia lalu menepuk bahuku dan berdiri disampingku. Pak Rafi menyampaikan apa yang dia dapat dari bapakku

“Bapakmu tadi jam 7 telepon kebetulan saya yang terima telepon. Bapakmu memberitahu bahwa ibumu sakit dan perlu di operasi segera. Bapakmu ingin pinjam duit kepadaku sebesar 25 juta. Bapak bisa saja meminjamkan Bapakmu duit tapi gajimu saja tidak terlalu besar apa bisa kamu membayarnya. Apalagi sampai ibu tahu, ibu tidak bakal memberinya karena kamu kerja disini baru 3 bulan. Bapak bisa meminjamkan duit dan tidak perlu membayar asal kamu mau mengantikan nyonya saat nyonya keluar kota. kamu tahu kalau nyonya sering keluar kota dan kadang dalam jangka waktu yang lama. Kamu saya kasih waktu untuk memutuskan selama 2 hari” Setelah Pak Rafy pergi meninggalkan ruang kerjanya aku lalu keluar dari tempat kerjanya.

Dua hari kemudian saya sekitar jam 2 siang saya terima telfon ternyata dari Pak Rafi yang menelfon dari rumah sakit
“Ning, gimana keputusan kamu menerima tawaranku atau tidak? Tadi Bapakmu telfon dan menanyakan duit yang Bapakmu mau pinjam. Bapakmu perlu uangnya sekarang juga kalau tidak Ibumu bisa meninggal.” Sambil menangis saya menjawab
”Saya terima tawaran Pak Rafi tapi saya takut ketahuan Ibu!”
Pak Rafi menjawabnya
”Itu menjadi rahasia kita berdua.”
Saya menjawabnya lagi
“Terserah Pak Rafi saja.”
Lalu Pak Rafi berkata
“Sekarang saya transfer duitnya ke Bapakmu!”

Pada malam harinya, Pak Rafi memanggilku dari kamar tidurnya. Pada hari itu Ibu Rini sedang pergi ke Singapore selama 3 hari. Saat di depan kamar tidur Pak Rafi, saya mengetok pintu dan Pak Rafi megatakan langsung masuk saja. Pada saat di dalam kamar, saya melihat Pak Rafi sedang menonton film dewasa. Adegan panas yang ada di TV bisa aku lihat dengan jelas menampilkan adegan sepasang pria dan wanita asia yang sedang berhubungan intim di atas ranjang. Saat itu tubuhku panas dingin menyaksikannya. Setelah Pak Rafy memintaku duduk di ranjang, tanpa sadar aku duduk di tepi ranjang dan justru menonton film dewasa yang baru pertama kalinya aku saksikan itu, sampai lupa ada Pak Rafy disampingku.

Adegan film panas itu membuat tubuhku panas dingin dan tanpa sadar aku lupa diri, tanpa sadar aku meremas-remas buah dadaku dengan tangan kiri sementara tangan kananku merabai selangkanganku sendiri. Kegiatan nonton dan merangsang diri sendiri itu tanpa sadar kulakukan beberapa menit hingga aku tidak tahu kalau Pak rafy sudah setengah telanjang hanya memakai cd. Tiba-tiba saja merangkul tubuhku dan menarik tubuhku agar bersandar di tubuhnya.

“Bagus ya filmnya..” katanya tiba-tiba yang membuat kaget setengah mati.
Aku jadi malu sendiri. Aku tundukan kepalaku, tubuhku panas dingin dan wajahku waktu itu pasti merah karena malu dan juga karena adegan film itu membuatku terangsang sekali.
“Maaf Pak, saya kaget..” kataku seraya bangkit dan hendak merapikan bajuku.
“Ngak usah, nanti juga di buka…Filmnya khan belum selesai. tanggung temani aku nonton dulu ya” kata nya sambil memegangi tubuhku sambil berusaha meraih buah dadaku.

Bagai kerbau di congok hidungnya aku menurut saja dan kembali menyadar pada tubuhnya, saat itu aku salah tingkah, kikut dan tubuhku serasa panas dingin. Saat itu adegan film menampilkan adegan oral seks yang dilakukan si wanita pada pasangan prianya. Adegan film panas di tambah dengan pak rafy yang duduk di sampingku tengah sambil meremas-remas buahdadaku yang hanya di tutupi cd membuatku begitu terangsang.

Lalu majikanku itu mendekatkan mukanya hingga mepet dengan mukaku. Dia lalu meraih daguku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“Ningsih kamu cantik sekali” katanya dengan lembut.

Saat itu aku tidak tahu harus bagaimana. Pikiranku kacau, seharusnya aku segera berlari keluar dari kamarnya untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi tapi bapakku sudah menerima duit dari pak rafi dan aku harus melayaninya. tapi aku hanya bisa diam dan tubuhku terasa kaku. Akhirnya bibirku di kecup dan di kulum oleh pak Rafy.

Mungkin karena aku sudah terangsang gara-gara nonoton Blue film tadi, aku jadi pasrah dan diam saja waktu tubuhku direbahkannya dan ciumannya sudah pindah ke leherku.
“Ohh..mas..” desahku tanpa sadar waktu tangan kiri majikanku itu mengusap pangkal pahaku dengan rangsangan yang hebat.

Tanpa aku sadari pak rafy telah melucuti pakaianku. Setelah Bh-ku di lepasnya dia lalu menciumi dan mengulum lembut puting susuku. Aku mendesah dan makin terangsang karena hal itu belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Aku mendesad dan mengeliat keenakan saat bibir dan lidah nya menyapu permukaan buah dadaku yang berukuran bra 36B itu. Apalagi saat puting susuku disedot dan di kenyotnya dengan penuh nafsu. Waktu itu aku sudah tidak bisa berpikir sehat yang ada dalam pikiranku adalah aku ingin mersakan kenikmatan. Aku jadi berani lalu menarik handuk yang melilit tubuh pak Rafy hingga terlepas, aku terkejut melihat ukuran alat vital majikanku itu yang begitu besar dan telah berdiri tegak denga gagahnya.

Dia lalu melolosi cenana dalamku dan mengarahkan alat vitalnya di ke arah kewanitaanku. saat ujung senjatanya yang digeser-geserkan di bibir kewaiitaanku aku jadi terangsang hebat. Tapi tiba-tiba aku merasakan sakit saat liang kewanitaanku di terobos oleh kejantanan mas Rafy. Aku merintih dan menjerit kecil saat pak Rafy menarik dan mendorong kepunyaanya itu.

“Aduh pak.., sakit” rintihku.
“Ngak apa-apa..nanti sebentar juga hilang sakitnya.” bisiknya di telingaku dengan manja melem-melek merasakan nikmat.
Benar juga katanya, lama lama rasa sakit dan perih dikewanitaanku berangsur-angsur hilang dan kini hanya rasa nikmat yang kurasakan.
“Aaaaahhh…ohhhh” desahku sambil mulai mengoyangkan pinggulku untuk mengimbangi gerakan Mas Rafy.

Saat itu aku tak peduli dan tak memikirkan sama sekali bahwa aku telah kehilangan keperawananku. yang aku inginkan adalah kenikmatan yang semakin nikmat karena mau mencapai puncak. Pak rafy terus menyetubuhiku sambil bibirnya menngulum-ngulum bibirku. Akupun kini membalas lumatan bibirnya dan permainan lidahnya di dalam mulutku sambil sesekali terus mendesis dan merintih karena sodokan-sodokan kejantanannya di kewanitaanku.

Beberapa menit kemudian seluruh persendian tubuhku serasa menegang.
“Ohhh..pak..Terus pak” desisku tanpa sadar.
Majikanku itupun makin bernafsu dan menyetubuhiku dengan lebih beringas dan makin cepat gerakannya, sampai akhirnya
“Aaaahhhhhh….” dengan lenguhan panjang aku mencapai puncak kenikmatan

Tahu kalau aku telah mencapai puncak, lalu Dia mencabut senjatanya dari liang vaginaku. Kulihat ada percikan darah di batang kemaluannya. Dia lalu memintaku untuk melakukan oral seks seperti yang tadi aku tonton di blue film. Aneh, Aku sama sekali tidak menolakknya dan justru ingin melakukannya. Lalu Pak Rafy merebahkan tubuhnya dengan punggung bersandar di tumpukan bantal.

Sementara aku duduk bersimpuh di atara kedua kakinya. Ukuran alat vitalnya yang besar dan panjang itu rupanya membuatku jadi sangat bernafsu. Aku tidak menyangka kalau aku yang gadis dusun ini memiliki nafsu seks yang tinggio yang sebelumnya tidak aku sadari.

Lalu aku mempraktekkan apa yang tadi aku tonton di Blue film. Ujung Rudal Pak Rafy mulai aku cium dan aku jilati lalu aku masukan ke dalam mulutku dan aku kocok. Majikanku itu mengerang dan mengeliat merasakan nikmat.
“Terus Ning..ohh..ohhh” desahnya.
Aku juga di minta untuk menjilati bagian bawah kemaluannya dan buah zakarnya sedangkan tangganku mengocok batang kemaluannya.

Setelah puas dengan permainan oral seks-ku, aku di minta duduk diatas senjatanya. Permainanpun dilanjutkan dimana aku berada di atas. Kemuadian aku bergoyang naik turun sementara majikanku itu mendekap pantatku dan sesekali mendorongkan pantatnya ke atas mengimbangi goyanganku. Rintihan dan desahanku bersahutan dengan lenguhan Pak rafy yang tengah berpacu menuju puncak.

Beberapa saat kemudian aku sepertinya akan kembali mencapai puncak dan sepertinya pak rafy juga. Ia lebih agresif mendorongkan senjatanya ke atas. Tak berapa lama aku kembali menegang dan mencapai puncak lalu di susul dengan teriakan pak rafy yang juga mencapai puncak.
“Ohhh..ohhh..Ningsih aku keluar sayang..ohhh..ahhh” teriaknya sambil menancapkan pelornya dalam dalam ke liang vaginaku yang masih mendudukinya.
Air mani hangat menyembur membasahi bagian dalam kewanitaanku.

Dengan tubuh kelelahan dan lunglai seolah tak bertulang, aku terkulai diatas dada putra majikanku yang berbulu dan berkeringat itu. aku memeluknya erat seolah tidak mau kehilangan saat-saat yang penuh kenikmatan itu. sama sekali tidak ada penyesalan meski aku baru saja kehilangan keperawananku.

Permainan lidah Rina memang mahir

Sebut saja namaku Ari (samaran). Aku sekarang kuliah di YK semester tengah-tengah. Aku mempunyai wajah yang ganteng dan berat badan yang seimbang dengan tinggi badan, seketar 171 cm. Dan penis yang ukurannya dapat mengerangkan nafsu para cewek-cewek yang gila sama SEX. Aku termasuk orang gila sama ngesex, sering sekali aku melakukan onani (baik dengan sabun, body lotion, tangan kosong), tapi aku atur sedemikian rupa agar aku terus fit.

Hobby-ku menonton BF sambil ngelus-elus penis yang sudah tidak sabaran mengeluarkan sperma. Setiap hari penisku harus kulatih dengan mengelus-elus dan mengocok-ngocok pelan dan halus (tidak sampai keluar) agar tetap pada kondisi ready stock.
Aku mengeluarkan sperma biasanya pada saat nonton BF, aku telanjang sambil tiduran, lama-lama penisku menjadi tegang dan kuimbangi dengan kocokan lembut di batang penisku, biasanya kuletakan penisku di antara dua telapak tangan dan kumaju-mundurkan tangan kanan dan kiri berlainan arah.

Wah.. nikmat sekali, dan kalau aku sudah sampai orgasme, aku lalu mencari adegan waktu ceweknya di atas cowok di bawah, dan ceweknya bergerak liar memutarkan vaginanya di kemaluan cowoknya. Lalu aku semakin puncak dan kupercepat kocokan dan sampailah,
“Croott.. ah.. ccrroot..”
Muncratlah spermaku sampai 4–5 kali, dan wah.., badanku lemas, dan aku tertidur dengan bugil, dan sperma dimana-mana (di dada, paha, karpet, tangan dan bantal).

Kejadian seks yang mengesankan buatku, saat kupinjam CD BF ke salah satu rental VCD di daerah Yogya. Pinjam CD BF ini aku rutin satu minggu sekali, dan pinjam paling tidak 5 VCD (puas nek..). Saat aku masuk rental itu, terlihat yang jaga rental seorang cowok dan cewek, lalu kudatangi yang cowok (maklum kalau sama si cewek agak malu kucing).
“Mas.., full..” kataku sambil melepas helm dan duduk di kursi yang disiapkan.
“Oh.. ya..,”
Tidak lama cowok itu mengambil map warna merah yang di dalamnya berisi pilihan gambar CD BF dengan nomor pemesanan.

Sesaat kupilih-pilih BF yang ada dari halaman pertama, sambil mencuri-curi pandang ke arah cewek yang sedang baca novel, maklum saat itu sedang sepi, jadi mereka bisa santai, kuperhatikan cewek disitu yang masih muda. Ya sekitar sama denganku, mungkin tingginya tidak begitu tinggi, sekitar 158 cm, dan berat badan yang montok sekitar 54 kg. Yang membuatku tidak kuat melepas pandangan dari dia adalah ukuran payudaranya yang cukup besar dan menggantung bebas di balik kaos ketat. Wah.., ini pepaya yang besar dan kenyal serta empuk kalau dihisap putingnya, maklum saja ukuran 36B, mana tahan kalau penis ini tidak naik.

Penisku saat itu lagi pemanasan, ya.. tegang-tegang sedikit selain akibat pilih-pilih CD dengan gambar yang bugil ditambah lagi suguhan susu yang montok itu.
Tiba-tiba si cowok bilang,
“Yang mana Mas..?”
Aku menjadi kaget, terganggu perhatianku terhadap susu montok itu,
“Oh.., Ya.. ini nomer 27, Mas..”
“O.., Rin.. nomer 27..”
Segera si cewek itu berdiri dan berbalik mencari CD BF no. 27.

Wow.., ternyata dia memiliki pinggul yang oke, tidak kalah lagi pantat yang super menonjol dan semok. Aku terus tidak henti-hentinya mengamati belahan pantat cewek itu yang kutahu namanya Rina. Belahan pantat Rina terpampang jelas, karena dia pakai celana kain ketat.
“Oh.. tidak ada, keluar..” kata Rina sambil kembali duduk.
Terus aku tidak malu-malu pindah duduk ke dekat Rina biar jelas nomor berapa yang mau kupinjam.

“Sebentar Mbak.., ini nomer 13 ada nggak..?”
“Sebentar saya cariin..”
Rina lalu berdiri lagi dan membelakangiku. Dia mencari dari atas sampai bawah, setelah lama mengurut, dia menemukan nomor 13 tersebut.
“Ah.. ini Mas ada kok..”
“Oh ya..,”
Aku lalu memeriksa CD itu, kucuri pandang ke susu yang montok itu. Memang kalau makin dekat makin jelas tonjolan susu rina ini, putingnya nampak tonjolannya di tengah-tengah gundukan payudaranya. Rina mengerti gelagatku yang terus mengamati susunya itu.

“Mas.., mana lagi..? Kok jadi bengong..!”
“O.. ini Mbak.., nomer 40,” aku kaget sekali tiba-tiba diperingatkan seperti itu.
Aku sengaja memesan nomor yang baling bawah, sehingga Rina nanti bisa menunging membelakangiku. Rina berdiri, dan ternyata dia langsung mencari dari deret yang paling tengah, otomatis dia sedikit menungging. Wow.., ini baru pemandangan yang tidak kalah serunya deh.. Pantat dan belahan pantat Rina benar-benar asli dan oke sekali, kelihatan di selakangannya agak menjorok ke dalam gundukan tempat vaginanya singgah. Wah.. penisku tidak sadar sudah setengan tegak pengaruh dari pantat montok Rina itu.

“Ini Mas.., nomer 40..”
“Oh.. ya.. Mbak sekalian 45, 50, 49 deh..”
Biar dia agak lama menungging, dan aku dapat menikmati belahan pantat Rina yang montok itu, dan sekilas gundukkan vagina yang tertutup celana ketat Rina.
“Ini Mas.., 45, 50, 49 ada lagi.”
“Udah cukup Mbak..”
Aku periksa, mungkin CD-nya tergores atau tidak.

“Masnya sering pinjem BF di sini ya..?”
“Ya.. lumayan sih.., Kalo nggak seminggu sekali baru kemari..”
“Emmhmm.. rutin ya.. suka nonton BF ya.. Mas..?”
“Ya.., kalo lagi perlu nganggur aja, lagi bete nih..!”
“Kok bete.. kenapa..?”
Aku mulai akrab dengan Rina, dan kalau ngomong sudah tidak nanggung-nanggung lagi, aku yakin dia sudah mengerti masalah sex.

“Ya.. kalo nggak dikeluarin bisa pusing nih..!”
“Ha.. ha.. ya.. keluarin aja..!” kata cowok yang ada di sebelah Rina, ternyata cowok itu mendengar percakapanku dengan Rina.
“Lah.. ya.., makannya aku pinjem BF ini, alat perangsang..”

Setelah itu aku pulang dan menyalakan komputer dan nonton BF itu, tidak lupa aku telanjang dan menyiapkan handuk kecil untuk spermaku nanti muncrat dan body lotion sebagai pelicin. (Khayalan batang kemaluanku di dalam vagina cewek) Dan pada hari itu aku menghabiskan waktu dengan onani party di kamarku, nikmat dan puas.

Lalu esoknya aku kembalikan CD BF itu. Sesampainya di depan rental X ini, kelihatan sepi-sepi saja, lalu aku masuk dan ternyata aku hanya melihat cowok saja yang jaga.
“Mas, kembaliin CD nih..!”
“I.. ya. Se.. bentar ya.., tang.. gung..” sambil nafas yang terengah-engah.
Aku curiga cowok ini kenapa, dia duduk dan kedua tangannya menggenggam kursi dengan erat dan dia kok melihat ke bawah terus.
“Ya.., tung.. gu ya.. Mas.. Ah.. ye.. ter.. us..” tidak lama cowok itu mengejang, dan,
“Aku.. ke.. luar.., ah.. ah.. ah..”

Setelah itu tidak lama kemudian keluarlah seorang cewek dari bawah tempat duduk cowok itu, wah.. ternyata Rina. Kelihatan sperma cowok itu ada di mulut Rina dan sebagaian di rambutnya.
“Halo Mas.., kembaliin CD ya..?” Rina menyapa dengan santainya.
“E.. i.. ya.”
Rina lalu menuju ke kamar mandi yang letaknya di belakang rental X ini. Rina masih berpakaian lengkap, oo.. ternyata dia baru mengkaraoke batang kemaluan cowok ini.

“Ya Mas, ada yang bisa saya bantu..?” sapa cowok yang baru dipuaskan oleh Rina lewat mulut binalnya, sambil berdiri dan memasukkan penisnya yang masih basah karena sperma yang keluar terlalu banyak.
“Iya.. ini CD-nya.”
“Oh.., sebentar ya, Mas..”
Cowok ini memeriksa CD apa ada yang tergores atau tidak.

Lalu kucoba untuk memberanikan diri bertanya sesuatu pada Mas ini, aku menjadi yakin kalau rental ini benar-benar xx.
“Mas maaf ya.., mau tanya.”
“Ya.., kenapa..?”
“Tadi itu..” sebelum aku selesai ngomong, “Oh.., tadi itu Rina minta oral sama kont0l ini, biasa kok Mas, disini nyantai aja.”
“O.., jadi siapa saja bisa ya..?”
“Bisa aja, kalo sekedar oral, kocok kont0l, emut kont0l dan elus-elus aja.”
“Kalo.., sorry ya Mas.., kalo nge-sex sungguhan gimana..?”
“Ya, tanya aja ama Rina, temennya banyak kok. Dia seneng banget kalo nge-sex. Ya.. kan enak sih.”
“Jadi kalo onani disini bisa ya..?”
“Kalo itu sih para pelanggan BF sering Mas. Si Rina tuh yang sering ngocokin kont0l cowok. Ya.., kalo Rina nggak capek aja dan lagi ‘MUT’.”

Dan tidak lama kemudian Rina kembali dari kamar mandi, kelihatannya dia baru keramas rambutnya, maklum terkena muncratan sperma cowok penjaga rental.
“Halo Mas. Pinjem BF lagi..?”
“Oh.., nggak kok.”
“Rin.., ini Mas mo kenalan ama kamu lebih dalam..” kata cowok rental X itu.
Aku kaget sekali cowok itu bilang seperti itu,
“Ya Mbak.., boleh nggak..?”
“Itu Rin.., Mas ini mo kocokan binal kamu, kamu mau nggak..?”
“Bisa..” kata Rina sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Ya.. udah sana ajak ke atas aja Rin.., biar rentalnya kutunggu.”
Wah.., ini waktunya menguji perkasaanku, sudah lama penisku tidak ketemu sama sahabat karib si vagina.

Lalu aku dan Rina naik tangga menuju lantai dua, dan Rina membawa satu CD BF dari rental itu. Sesampai di sebuah kamar, Rina mempersilakanku untuk duduk di ranjang yang cukup besar juga. Rina lalu mengunci pintu, dia meletakkan handuknya di kursi dan menyalakan TV dan CD player, dan memutar CD BF itu dengan volume yang cukup keras. Tidak lama kemudian terdengarlah erangan nafsu, dan terlihat adegan bugil-bugil dari CD tersebut, ini membuat batangku yang tidak sabar lagi melihat kemolekkan tubuh Rina. Rina lalu membuka jendela selebar-lebarnya, agar suasananya lebih natural.

“Gimana Mas, e.. nama kamu siapa sih..?”
“Aku Ari, kamu pasti Rina to..?”
“Kok tau..?”
“Ya.. tau dong..,”
Tidak lama kemudian Rina mendekatiku, dan duduk di sampingku, dan tidak segan-segan lagi tangan kanan Rina memegang batang kemaluanku yang masih terbungkus celana pantangku, dielus-elus dan kadang-kadang diremas-remas.

“Ari suka sex ya..?”
“Ya. Ah.., kamu pinter deh nge-sex..!”
“Ah.., kata siapa..?” sambil tetap mengocok-ngocok kemaluanku, dan aku masih pasif merasakan gesekan tangan Rina.
“Ya, ah.., hemm.., kata Mas di bawah tadi.”
“Ooo, Mas Ucok toh..,”

Sekarang Rina duduk di hadapanku, dan menjongkok sambil tangannya tetap mengocok habis batang kejantananku yang sudah setengah tegang itu.
“Ar.., udah dibuka ya..? Biar kont0l kamu nggak tersiksa ama CD kamu, biar ngacengnya sempurna.”
“Ya.., udah.. buka aja..”

Rina pelan-pelan membuka celanaku dari sabuk sampai membuka resleting-nya, setelah celanaku terbuka, aku sedikit mengangkat pantatku untuk memudahkan Rina melepas celana, dan sekarang aku tinggal menggunakan CD biru-ku, dan pakaianku masih terpakai. Lemparkan celanaku di kursi dan Rina mulai duduk kembali di selakanganku, dan aku masih dalam keadaan duduk di pinggir ranjang rental X.

“Hemm.., ah.. kont0l kamu kelihatanya besar juga Ar..,” puji Rina sambil mengelus-elus naik turun penisku yang masih terbungkus CD.
“Ah.. ya.. hem.. oughg.. ye..” erangan yang tidak dapat kutahan lagi, ditambah erangan dari CD BF yang dinyalakan oleh Rina tadi menambah hot suasana di kamar rental X.

Rina sedikit demi sedikit membuka CD-ku, dan terlihatlah batang kemaluanku yang sudah mengacung keras seperti rudal siap lepas kendali.
“Wow.., Ar.. kont0lmu lumayan juga nih..” sambil tetap mengocok naik turun kejantananku,
“Kamu rawat ya..? Kok tegaknya sempurna banget sih..? Keras lagi..,”
“Ah.., te.. rus.. rin.. don.. stop..!”

Rina mulai mengocok keras, cepat, dan tiba-tiba pelan, keras lagi, pelan lagi. Wah.. ini membuat aku menjadi kelabakan, ternyata Rina ahli juga membuat cowok melayang, hampir saja aku keluar tapi aku tetap bertahan.

Kemudian Rina mulai mengocok batang kemaluanku dengan tangan kiri dan tangan kanannya mengelus-elus telur. Wa.., ini nikmat sekali, geli-geli gimana ya..! Kadang-kadang dia menusuk-nusuk anusku dengan telunjuk kanannya.
“Ah.. ya.. te.. rus.. Rin.. kamu.. ahli deh..!”
Sekarang Rina mulai dengan mulutnya, perlahan-lahan dimasukkan penisku ke mulut binalnya.
Saat masuk mulutnya,
“Ah.., hemm.. ye.. ah..”
Aku sedikit mengangkat pantatku, terasa dingin geli dan enak sekali, lain dengan onani.

Perlahan-lahan Rina mengkocok penisku dengan mulutnya dan lidahnya yang lincah.
“Ha.., ough.., ehmm.., ye.. te.. rus..” kupegangi rambutnya, aku tarik turunkan kepalanya untuk mengatur kocokan mulutnya di penisku.
“Ehhmm.., Eh.. em..,” suara mulut Rina yang penuh dengan batangku.
Tidak lama dia menarik nafas, dan mengeluarkan penisku dari mulutnya.
“Ah.., hemm.., kamu kuat sekali Ar.. Biasanya cowok-cowok kalo dioral dikit udah keluar..”
Lalu dia melanjutkan dengan menyedot telurku, dan dilepaskan sampai bersuara,
“Ploks.. ploks..”
Tarian lidah Rina di ujung kepala penisku dan sampai anusku juga tidak ketinggalan dari nafsu seksnya itu.

Dan setelah beberapa menit lamanya aku bertahan dari tarian lidah Rina di penisku, aku mulai merasa tidak kuat menahan spermaku yang mau keluar.
“Ah., Rin.., aku.. mo.. ah.. ye.. keluaarr..!”
Dan Rina mulai memasukkan semua penisku di mulutnya, dan dikocoknya dengan cepat dan keras.
Tidak lama kemudian,
“Ahh.. crroot.. crroott.. ah.. ye.. yes..!”

Rina menutup mulutnya rapat-rapat supaya spermanya tidak keluar dari mulutnya. Dan selama 30 detik lamanya dia menekan mulutnya tetap di penisku, dan meyakinkanku tidak keluar lagi. Lalu dia melepaskan mulutnya dari penisku, dan menelan semua spermaku walaupun ada yang keluar sedikit dari mulutnya.
Aku lemas dan telentang di atas ranjang dengan telanjang bawah saja, dan aku merasa panas dan aku melepas semua pakaianku. Sekarang aku bugil, telanjang tanpa sehelai benang di hadapan Rina yang menikmati spermaku.

“Kamu lumayan juga Ar..! Bisa bertahan beberapa menit lamanya.”
“Ah.. biasa aja tuh..!”
“Kamu pake obat ya..? Irex kali..?”
“Ah.. nggak juga.”
“Udah.., kamu istirahat dulu. Aku mo bersihkan mulutku nih.. Eh, makasih spermanya lho.. gurih..!” katanya sambil terseyum.
Dia menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Ternyata dia sikat gigi, biar tidak bau kali.

Aku beristirahat sambil telanjang menunggu Rina keluar dari kamar mandi. Dengan ditemani CD BF yang dari tadi tidak usai-usai, menambah batang kejantananku tidak mau tidur, penisku masih tegak walaupun tidak sekeras tadi. Tidak lama kemudian Rina keluar dari kamar mandi, dia tetap berpakaian lengkap, kaos ketat dan celana kain ketat. Rina mendekatiku yang lagi telentang telanjang di ranjang, dia duduk di sampingku.

“Lho.., kont0l kamu kok nggak turun-turun sih..?”
“Ya.., itu lihat BF mana bisa turun, apalagi susu kamu yang montok itu menggoda kont0lku.”
“Ah.., kamu bisa saja.” candanya sambil langsung tangan kanannya mengocok-ngocok pelan batangku yang sudah setengah tegak.
Perlahan-lahan dia menunduk dan mencium bibirku dengan bibir tebalnya itu. Aku langsung melumat habis bibirnya, permainan lidah Rina memang mahir, dan aku imbangi saja dengan permainan lidah yang tidak kalah mahirnya.

Sekitar beberapa menit kami bermain kiss dan kiss, dan Rina tetap mengocok penisku, aku mulai menjelajahi susunya yang montok itu, kuremas dengan tanganku yang dari tadi gatal sekali. Terasa kenyal dan empuk sekali susu Rina, kuelus-elus dan kugesek-gesek halus putingnya dari luar kaos. Sekarang rina melepaskan lumatan bibirnya, dan mengerang merasakan tarian tanganku di susunya itu.
“Ah.., ye.. em.. enak.. Ar.. te.. rus.. ya.. itu.. ough..” tangan Rina tetap mengocok-ngocokku dan aku berusaha melepaskan kaos Rina dan dia langsung membantunya dengan melepaskan sendiri kaos ketatnya itu.
Nah.., sekarang terpampang susu Rina yang tertutup BH 36 itu.

“Rin.. aku buka ya.. biar terlihat bebas..”
“Buka aja..”
Rina lalu mengangkat kedua tangannya memudahkanku melepas kaitan BH yang ada di belakang, susu Rina yang montok itu terpampang bebas di depan wajahku, dan aku langsung saja melahap habis susu Rina yang besar sekali. Kusedot, kuremas dan pelintir putingnya.
“Ah.. ye.. oug.. hem.. te.. rus.. Ar..!” mulai tidak jelas ucapan Rina.
Kami mulai duduk berhadap-hadapan, dan selakangan Rina mulai dibuka lebar, dan aku duduk di antaranya, sehingga aku puas mempermainkan susu montok Rina.

Kupegang kedua puting Rina yang cukup menonjol itu, dan kupelintir bebarengan.
“Ah.. ye.. ah.. aow.. yes.. no.. ough..”
Kepala Rina bergerak tidak karuan, ke kanan ke kiri. Kurebahkan Rina dan kududuk di perutnya, aku mengarahkan penisku di belahan susu Rina, dan kurapatkan susu Rina yang besar itu untuk menjepit penisku dan aku maju-mundurkan penisku.
“Ah.. Rin.. su.. su.. ah.. ye.. em.. puk enak..” aku mulai kocok susu Rina sampai susu Rina berwarna merah.
Ternyata Rina menikmati ini, dan aku tidak sabaran lagi ingin menikmati vagina cewek ini.

Aku mulai turun dan mengelus-elus vagina Rina dari luar celana ketatnya, terasa sekali vaginanya sudah becek sekali akibat permaian panas kami. Kusuruh Rina berbalik telungkup, dan terlihat resleting celananya masih tertutup rapat. Kumulai menurunkan resleting itu, Rina sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku untuk melepas celananya, dengan posisi menungging ini pantat Rina kelihatan makin montok dan bahenol.

Tidak lama kulepas celana ketat Rina. Wah.., ternyata Rina benar-benar terangsang sekali. CD kuning tipisnya bawah total, dengan posisi menungging ini bongkahan vagina makin terlihat, apalagi Rina merenggangkan selakangannya. Aku mengelus-elus bongkahan itu dengan tangan telunjukku, Rina sedikit mengangkat pantatku akibat rangsangan tanganku, dan biasanya pantat Rina otomatis maju mundur dengan sendirinya.

Lalu aku melepas CD kuning tipis mulik Rina itu dengan pelan-pelan, dan Rina memberi sensasi dengan memutar-mutarkan pantatnya, wowo.. woo.., ini bari sex dan super model sex, dia pintar sekali meningkatkan nasfu sex lawannya. Terlepas sudah CD Rina, terlihat bebas pantat yang putih mulus tanpa cacat dan vagina yang memerah basah dan berambut rapih. Aku mulai mengelus-elus permukaan pantat Rina.

“Ah.. Ar.. ehmm.. ouhghh.. ah.. ye.. langsung aja Ar.., aku.. nggak.. tahan.. oh.. ye..” sambil merem melek Rina menahan nafsunya.
Langsung aku mendekatkan wajahku di belahan pantat Rina, dan langsung melumat habis vagina Rina dalam posisi menungging.

“Ah.. ye.. dalam.. Ar.. ough.. ye.. oh.. ye..” sambil meliuk-liukkan tubuh semok-nya itu Rina mengerang tidak karuan, karena kupermainkan klit-nya Rina dengan lidahku.
Kunaik-turunkan lidahku di penjolan daging itu. Belahan vagina Rina lumayan tebal, dan merah warna dalan vaginanya dan becex sekali. Beberapa saat kemudian aku memasukkan dua jariku, yang satu kumasukkan di vagina Rina dan yang satu lagi kumasukkan di anusnya.

Pelan-pelan kumasukkan,
“Hemmah.. pelan.. pelan.. Ar.. ya.. te.. rus di.. kit..lagi.. ough..” Rina mengangkat pantatnya sebagai reaksi jari masuk di vagina dan anusnya. Pelan-pelan kukocok anus dan vagina Rina dengan jariku.

“Yac.. ah.. le.. bih.. cepat.. Ar, oh.. ye.. oh.. no.. ye.. ya.. oug.. hemmh.. cepet..!”
Aku mulai mempercepat kocokanku di kedua lubang kenikmatan Rina. Sementara itu aku tidak menyia-nyiakan susu yang menggelantung bebas. Dalam posisi nunggi ini aku dapat melihat dengan bebas gerakkan tubuh Rina yang bahenol dan montok. Kuremas dan pelintir putingnya.

“Ah.. Ar.. aku.. kee.. ke.. lu.. ar.. nggaa.. kuu.. at..”
Aku merasa Rina mulai dalam kondisi orgasme yang memuncak, kupercepat kocokan tanganku di vagina dan anus Rina. Tidak lama kemudian Rina mengejang dan mengangkat badannya dengan gemetaran, dan terasa cairan hangat dari dalam vagina Rina.
“Serr.. serr..” lumayan banyak sampai keluar dari permukaan vagina Rina.

Rina lelah dan terkulai lemas di ranjang dengan posisi telungkup telanjang. Lalu tanganku kucabut dari vagina dan anus Rina, terlihat cairan yang lumayan kental dan putih di jariku, lalu kuusapkan ke kejantananku sebagai pelicin. Kukocok-kocok pelan dan lembut penisku agar tetap tegang dan tegak berdiri.

Sementara itu Rina telanjang dan membelakangiku, aku lalu membalikkan dia.
“Rin, orgasme kamu hebat banget deh..”
“Oh.. ah.. kocokan jari kamu hebat sekali, kamu belajar dimana sih..? Kok tau kelemahanku..?” sambil terus mengocok penisku.
“Ya.. nonton BF aja kan udah pengalaman.”
“Ah.. kamu bisa aja.” katanya sambil menggantikan tanganku untuk mengocok batangku yang mau keluar lagi.
“Rin, boleh aku coba vagina kamu ini..?” sambil kuelus-elus vaginanya.
“Boleh..”

Lalu kulebarkan selakangan Rina, dan kurangsang dulu dengan oral di vaginanya. Lidahku menyusuri vaginanya dari atas ke bawah dan ke atas lagi dan seterusnya. Rina mulai mendesah keenakan.
“Ehhmm.. ah.. ye.. Ar.. sekarang aja kont0lmu masukin deh..!”
Lalu kupegang kedua paha Rina, lalu kuangkat ke atas, terlihat jelas vagina Rina yang sudah membuka lebar dan becek. Pelan-pelan kumasukkan batang kemaluanku ke vagina Rina.

“Ouhg.. hemm.. ah.. ye..” erangan Rina menerima sodokan pertama penisku.
Aku mulai memaju-mundurkan penisku dengan pelan-pelan.
“Oh.. ye.. shiit.. ah.. ye..” erangku.
Enak benar vagina Rina, dindingnya berdenyut-denyut. Aku mulai percepat kocokanku, dan semakin cepat.
“Ah.. Ar.. yes.. oh.. no.. ough.. hemm.. ya.. ya.. te.. rus.. Ar.. dalam..” kepala Rina yang tidak karuan ke kanan dan ke kiri.
Kuvariasi kocokanku dengan pelan-pelan, lalu tiba-tiba cepat sekali, pelan lagi cepat lagi dan seterusnya, biasanya kuputar pantatku agar penisku memutar di vagina Rina.

“Ya.. ini.. oke.. Ar.. te.. rus.. ough.. ye.. hem..” Rina menyukai gerakan memutar dari pantatku.
Sekitar 3 menit gerakan ini berlangsung, kubalikkan Rina dengan posisi menungging, dan kutancapkan lagi penisku di vagina Rina dari belakang. Dengan pegangan pinggul Rina yang semok itu aku langsung percepat.
“Oh.. ye.. Rin.. vaginamu oke..”
“Kont0l kamu.. ouhg.. hemm.., hebat.. Ar.. te.. rus.. da.. lam..!”

Setelah beberapa saat, tiba-tiba,
“Ah.. Ar.. aku akan, aku.. ke.. luar..!”
“Ta.. han.., nanggung nih! Ah.. ye.. hemm..!”
Terasa aku sudah sampai, kusuruh Rina untuk duduk di atasku, dan dia memegang penisku, dan dimasukkannya ke vaginanya.

“Ouh.. ya.. Rin.. kamu.. hebat..!”
“Ya.. Ar.., cepet ya..! Aku, keluar.. ah.. hemm..!”
Lalu rina mempercepat gerakannya dengan sangat liar, dia merangkulku dan menggerakkan pantatnya untuk mengocok batang kejantananku dengan cepat.
“Oh.. Ar.. aa.. ku.. ngga.. k.. tahan.. keluar.. hem..!”
“Ki.. ta.. samaan.. aku.. keluar.. juga..”

Dalam hitungan tiga detik,
“Crroot.., crroott.. ah.. ah.. ye..”
“Seerr.., sreerr..” kumuncratkan spermaku ke dalam rahim Rina, dan terasa sekali semburan cairan hangat Rina di kepala penisku.
Rina lemas di dadaku, dan kami tertidur di ranjang itu dengan bertelanjang ria.

Setelah istirahat beberapa jam, aku terbangun, ternyata Rina sudah tidak ada di sampingku. Lalu kukenakan bajuku dan turun ke tempat rental, dan ternyata Rina ada disana.
“Mas Ari udah bangun ya..? Nggak mandi dulu Mas..?”
“Oh.., nggak Rin, makasih.”
“Nggak pinjem BF lagi..?”
“Ah.. tidak dulu. Lagi pembuangan besar-besaran tadi di atas.”
Rina tersenyum, lalu aku pulang ke kostku dan aku langsung mandi. Besok-besoknya aku ke rental X itu untuk kocokan penis saja sama Rina.

Setelah beberapa bulan aku tidak kesana, kuketahui Rina tidak di situ lagi. Kutanya sama Mas yang jaga di rental X itu dimana Rina berada, ternyata Rina ke Jakarta. Wah.., nyesal sekali nih.. mulai nih.. tidak ada pemuasan sex selain onani deh.

Demikian pengalaman ngeseksku saat aku kuliah.

Memperkosa 3 Wanita Berjilbab

Tiap pagi, gue lewat depan rumah itu. Makanya, gue tahu penghuninya keluarga muda dengan anak balita satu. Nyonya rumah namanya Yani. Doi lulusan IKIP Seni Tari. Udah lama juga sih gue perhatiin doi. Tapi gue baru kenal ama perempuan Klaten itu lewat lakinya yang pelukis. Doi orangnya nggak cakep-cakep banget. Tapi tampangnya yang khas Jawa, lembut dan pasrah itu bikin gue betah ngelihatin mukanya kalo pas bertamu ke rumahnya. Apalagi dia enak juga diajak ngomong, suaranya itu senada dengan wajah pasrahnya. Gue jadi suka bayangin dia merintih-rintih di bawah siksaan gue. Nah, suatu hari lakinya jadi kaya mendadak karena ada order lukisan dalam jumlah besar. Terus, dia ngontrak rumah sebelah buat Yani sama anaknya. Rumah yang sekarang dijadiin galeri lukis.


Doi yang sebelumnya sering cerita kalo lakinya sibuk banget, sekarang cerita repotnya ngurus rumah dan anaknya yang umur 3 tahun sendirian. Itu sebabnya dia ngajak adiknya Poppy dan ponakannya Umi untuk tinggal serumah. Tampang dua cewek itu mirip banget sama Yani, cuma dua-duanya lebih seger dan imut-imut. Akhirnya gue tahu juga kalo di rumah itu, sering cuma ada tiga cewek tadi sama satu anak balita. Nafsu juga gue waktu temen gue ngasih usul yang menarik. Langsung saja gue telepon Yani malem itu. Gue rubah suara gue biar nggak dikenal.

“Choirun ada?”
“Nggak ada, lagi mancing. Ini siapa ya?”
Huh bego, pikirku. Dia kagak tahu kalo lakinya lagi maen sama Linda, tante Chinese yang gatal !
“Mbak Yani sendiri ya?”
“Nggak, sama Poppy dan Umi,”
“Ya sudah, besok saja,”

Tiga temen gue langsung bersorak begitu pasti malam itu lakinya Yani nggak di rumah. Kami berempat pun segera berjalan ke rumah dekat gerbang perumahan itu. Tiga temen gue sudah siap dengan ‘peralatan’nya, lalu mengetuk pintu. Seorang perempuan mengintip dari balik korden.

“Siapa ya?”
“Kami dari Polres bu, ada yang ingin kami sampaikan,” sahut teman gue yang badannya memang mirip polisi.
Tak lama kemudian pintu terbuka, tiga temen gue masuk. Dari jauh gue lihat Poppy dan Umi ikut menemui mereka.
“Maaf bu, suami ibu kami tangkap satu jam lalu,”
“Lho, kenapa?” Yani terlonjak.
“Ia kedapatan menghisap ganja…”
“Nggak mungkin!” perempuan itu memiawik.
“Tapi begitulah kenyataannya. Kami juga dapat perintah menggeledah rumah ini. Ini suratnya,”

Yani tak dapat menolak, dibiarkannya ketiga ‘polisi’ itu menggeledah rumahnya. Dasar nakal, seorang temen gue sudah menyiapkan seplastik ganja dan kemudian ia teriak,
“Ada di bawah kasur sini, komandan!” Temenku yang paling besar memandang Yani dengan tajam.
“Sekarang kalian bertiga ikut ke kantor polisi!” tegasnya.
“Tapi…tapi…saya nggak tahu bagaimana barang itu ada di situ…” kata Yani terbata-bata.
“Sekarang ibu bantu kami, ikut saja ke kantor polisi, juga dua adik ini,”

Akhirnya ketiga cewek itu mau juga ikut, setelah sebelumnya Yani menitipkan anaknya ke Bu Tukiran. Temen gue pinter juga, dia pinjam mobil Feroza Yani dengan alasan mereka cuma bawa motor. Lewat handphone, salah satu temen gue ngasih tahu.
“Beres Dan, siap cabut,” katanya.

Gue segera pakai topeng ski, ambil kunci mobil dan duduk di belakang stir. Sebelum masuk, kaget juga tiga cewek itu karena tangan mereka diborgol di belakang punggung.
“Kami nggak ingin repot nantinya,” alasan temen gue. Hanya beberapa saat saja, mobil pun berjalan. Yani duduk di tengah dengan satu temen gue menjaga pintu. Sedang Poppy dan Umi di belakang dijaga dua lagi temen gue.

Baru jalan 100 meteran di jalan menurun ke arah Kasongan, tiga temen gue itu ketawa ngakak.
“Gampang banget…” kata mereka.
Tentu saja tiga cewek itu bingung. Apalagi Yani kini terpaksa duduk merapat jendela karena dipepet lelaki besar di sebelahnya.
“Kalian tidak akan kami bawa ke kantor polisi, seneng kan nggak perlu lihat pistol? Tapi jangan khawatir, nanti kita tunjukin pistol yang lain,” desisnya.
“Eh…eh…apa-apaan ini?” Yani ketakutan.
“Eiiiiii….awwwhhhh…kurangajj…awwwhhhh…” Yani menjerit dan meronta, sebab tiba-tiba kedua payudaranya ditangkap dua telapak tangan yang besar, lalu diremas-remas keras seenaknya.

Dua gadis di belakang juga menjerit-jerit ketika payudara mereka pun diperlakukan sama. Lelaki itu lalu menyingkapkan jilbab Yani dan dengan nafsu kembali mencengkeram payudara montok itu. Yani makin keras menjerit. Lalu tiba-tiba…breetttt….bagian muka jubah tipisnya koyak sehingga memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang berbungkus BH coklat muda.

“Wah, susu yang segar,” kata temen gue.
“Jangannn…tolong…jangaann…” Yani menangis.
“Jangan cerewet, kalian bertiga tidak usah bawel, nurut saja atau tempik kalian kuculek pake belati ini!” kali ini temen gue mulai mengancam dengan menyentuhkan ujung belati ke permukaan payudara Yani yang menyembul dari BH-nya.

Di belakang, Poppy dan Umi terisak-isak. Blus keduanya sudah lepas, tinggal rok yang menutupi bagian bawah tubuh muda dan mulus itu. Keduanya pun memiawik berbarengan ketika penutup dada mereka direnggut hingga putus.
“Wah…wah…ini susu yang indah…” kata kedua temen gue di belakang.
“Coba lihat punya Nyonya ini…” lanjut mereka.

Temen gue di depan pun bertindak cepat, memutus tali antara dua cup BH Yani. Yani terisak, buah dadanya kini telanjang dan…..
”Awwwwww….” ia menjerit agak keras ketika kedua putingnya dijepit dan ditarik serta diguncang-guncangkan.
Kedua temen gue di belakang ketawa dan ikut-ikutan melakukan hal yang sama pada puting Umi dan Poppy.

Yani meronta-ronta tapi sia-sia saja ketika tubuhnya dibaringkan di jok mobil, lalu temen gue duduk di atas perutnya, memunggungi dan menyingkapkan bagian bawah jubahnya. Kedua kaki telanjangnya menendang-nendang, tapi ia kesakitan juga waktu kedua bagian dalam paha mulusnya dicengkeram keras. Ia menjerit lagi waktu selangkangannya yang ditutupi celana dalam putih digebuk sampai bunyi berdebuk. Dengan kasar, jari-jari temen gue menyingkapkan kain segitiga itu hingga memiawnya yang berjembut agak lebat terbuka.

Tanpa ba bi bu, ditusukkannya telunjuknya ke lubang memiaw Yani.
“Aaaaakhhhh….” Yani menjerit kesakitan. memiawnya yang kering membuat tusukan itu jadi amat menyakitkan.
Tapi temen gue itu nekad terus nyodok-nyodok memiaw yang legit itu. Malah waktu telunjuknya sudah terasa agak licin, dia tambah jari tengah. Lagi-lagi Yani menjerit kesakitan. Tapi nggak kapok juga temen gue itu. Sebentar saja sudah tiga jari yang nyodok-nyodok memiaw perempuan manja itu.

Di belakang, Poppy dan Umi juga merintih-rintih, sebab dua lelaki yang bersama mereka kini mengisap-isap pentil susu mereka sambil terus meremas-remas teteknya yang kenyal. Poppy pertama kali memiawik waktu tangan temen gue menelusup sampai ke balik celdamnya dan meremas-remas memiawnya sambil sesekali mencabuti jembutnya. Umi akhirnya juga mendapat penghinaan yang sama, bahkan ia merasa klentitnya lecet karena terus diuyel-uyel dengan kasar.

Mobil akhirnya sampai ke rumah besar punya temen gue yang asyik ngobok-obok memiaw Yani. Gue buka pintu belakang mobil. Di dalam, gue liat Poppy dan Umi yang topless, cuman pake rok doank! Dan yang lebih bikin gue kaget lagi, ternyata tongkol dua temen gue lagi dijilatin ama dua perawan itu. Toket kedua anak itu kelihatan mulai memerah karena terus diremet-remet. Terang aja gue tersentak, tapi gue sendiri gak bisa berbuat apa-apa lagi! Soalnya gue sendiri nggak tahan, terus ikut mencet pentil kanan Poppy dan pentil kiri Umi.

“Nggghhhhh….” dua cewek itu cuma bisa mengerang karena dua tongkol ada di mulut mereka.
Terus gue buka pintu tengah. Buset, di dalam, temen gue masih asyik menjilati memiaw Yani dan menyodok-nyodok lubangnya dengan tiga jari. Yani sudah tidak menjerit-jerit lagi. Yang terdengar sekarang cuma rintihannya, persis seperti bayangan gue. Nggak tahan, gue naik, terus gue pegangin kepala perempuan berjilbab itu.

“Emut tongkol gue, kalau nggak, gue potong tetek lu!” kata gue sambil nyodorin tongkol yang udah ngaceng sejak tadi.
Tangan kiri gue mencengkeram tetek kanan Yani yang montok sampai ke pangkalnya. Tangan kanan gue menahan kepala Yani biar tetep menghadap tongkol. Yani nyerah, dia buka mulutnya. Cepet gue masukin tongkol gue sampe ke pangkalnya.
“Diemut!” bentak gue sambil menambah tenaga remasan di buah dadanya.

Gue ngerasain kenikmatan yang luar bisa banget waktu tongkol gue diemut-emutnya sambil merintih-rintih. Biar gampang, sama temen gue tadi, gue gotong cewek itu dan gue lempar ke lantai garasi. Yani menjerit kesakitan dan makin keras jeritannya waktu jubahnya gue lucuti, begitu juga rok dalam dan celdamnya. Terlihatlah memiawnya yang terpelihara rapi, dengan bulu-bulu halus yang diatur dengan indahnya.

Gue mainkan itilnya yang ada di dalam bibir memiawnya sampai dia berkelojotan ke kanan-ke kiri. Sekarang temen gue yang jongkok di depan muka cewek itu dan memaksanya berkaraoke. Dari belakangnya, tanpa banyak bicara, gue langsung ngent*t cewek itu.
“Aunghhhhhh…” Yani mengerang panjang waktu tongkol gue nyodok memiawnya sampai mentok. memiawnya lumayan rapet dan legit biarpun dia sudah punya anak satu. Ada seperempat jam gue kocok memiawnya pake tongkol, terus gue suruh dia nungging.

Dari depan, temen gue masih ngent*t mulutnya sambil memegangi kepala cewek berjilbab itu. Dari belakang, pemandangan itu bikin gue makin nafsu. Gue remet keras-keras memiawnya pake tangan kiri, terus telunjuk kanan gue tusukin ke pantatnya. Yani mengerang lagi waktu gue gerakin telunjuk gue berputar-putar supaya lobang kecil itu jadi lebar. Begitu mulai lebar, gue masukin tongkol ke dalamnya. Tubuh Yani mengejang hebat, erangannya juga terdengar amat heboh. Tapi tetep gue paksa tongkol gue biar susahnya bukan main. Sampe akhirnya tongkol gue masuk sampai ke pangkal, gue tarik lagi sampai tinggal kepalanya yang kejepit. Terus dengan tiba-tiba gue dorong sekuat tenaga.

“Aaaaaakhhhhh…..” Yani melepas tongkol temen gue dan menjerit keras.
Tapi rupanya pas temen gue sampai puncak kenikmatannya. Akibatnya air maninya nyemprot muka Yani sampai belepotan. Cuek, gue genjot terus pantat perempuan montok itu biar dia menangis-nangis kesakitan. Malah sekarang gue peluk dia sambil kedua teteknya gue remes-remes. Temen gue yang barusan nyemprot sekarang malah masukin dua jarinya ke lubang memiaw Yani dan diputar-putar. Ini bikin Yani makin kesakitan.

Gue ngerasa tongkol gue udah peka banget. Jadi makin cepet gue genjot dan langsung gue banting cewek itu. Yani nggak sempet mengelak, waktu tongkol gue tempelkan ke mulutnya dan gue paksa dia mengulumnya.
“Crooottt…crottt…crottt…” air mani gue nyemprot sampai tiga kali ke dalam mulutnya. Yani sudah mau menumpahkannya, jadi gue pencet pentilnya dan gue tarik ke atas.
“Telen!” bentak gue.
Sambil merem, Yani menelannya semua, lalu menekuk tubuhnya sambil menangis. Dengan ujung jilbabnya gue dan temen gue mengelap tongkol yang berlendir. Dari celah pantat bundar Yani gue lihat ada darah keluar.

Lagi asyik ngelihatin tubuh bugil Yani, gue dengar ketawa ngakak dua temen gue. Lalu terlihat Poppy dan Umi turun dari mobil dan jalan sempoyongan. Gue melotot. Dua cewek itu nyaris bugil. Jilbab mereka disampirkan ke belakang sehingga teteknya yang kemerahan bekas diremas-remas bebas terlihat, dengan pentilnya yang kecoklat-coklatan. Dua-duanya terisak-isak, di sekitar bibir dua cewek hitam manis itu belepotan lendir putih. Yang menarik, rok mereka sudah lepas, tinggal celdam putih milik Poppy dan kuning muda Umi. Malah celdam Poppy dibikin temen gue terangkat tinggi sampai nyelip di bibir memiawnya. Akibatnya, bibir memiawnya kanan dan kiri kelihatan gemuk dan jembutnya menyembul ke kanan dan kiri.

Nggak tahan, gue pepet anak itu ke mobil, terus tangan gue mulai merayapi selangkangannya. Tangan gue mulai bermain-main di bibir vaginanya yang njepit celananya.
“Jangaann…ampun oommm…” rintihnya. “Adduhhhh…” pekik mahasiswi UAD itu, karena gue cabut beberapa helai jembutnya.
Dari bawah gue cengkeram tetek kanan Poppy yang nggak seberapa gede tapi kenyal itu, terus gue dorong ke atas sampai putingnya ngacung, lalu gue sedot kuat-kuat. Poppy meronta kesakitan, apalagi kemudian gue tarik celdamnya ke atas. Poppy memiawik waktu celdamnya akhirnya putus. Gue terus melorot dan gue paksa cewek itu nyodorin memiawnya buat gue hisap. Gue mainin itilnya dengan lidah gue, bahkan sampai gue sedot pakai mulut gue! Poppy makin kelojotan dan mendesah.

Sementara itu, gue lihat Umi lagi dipaksa menyepong tongkol temen gue. Sedang Yani sudah mulai disodomi lagi. Malah, dia dipaksa telentang dengan tongkol menusuk pantatnya, lalu memiawnya disodok dari depan. Kedengeran Yani menjerit-jerit kesakitan.
“Aihhh…” Poppy memiawik waktu telunjuk gue masuk satu ruas ke lubang pantatnya, terus gue dorong ke depan sampai lubang memiawnya merekah dan kelihatan lorong yang merah dan basah, gue jilatin sampai cewek 21 tahun itu menggeliat-geliat.

“Aduhh…jangaann…” Poppy menjerit waktu gue tiba-tiba berdiri sambil mengangkat kaki kirinya.
Tapi gue nggak peduli, tongkol gue pas banget nunjuk memiawnya. Terus gue kucek-kucek memiaw anak itu, sampai mulai terasa basah. Terus gue pegang tongkol gue dan gue paksa masuk kepalanya ke celah bibir memiawnya. Kepala tongkol gue terasa seperti direndam di air hangat. Poppy menjerit makin nggak karuan waktu tangan kiri gue mencengkeram tetek kanannya sampai ke pangkalnya sekuat tenaga. Malah, daging kenyal itu sampai terasa seperti remuk.

“Aaaakkhh….auhhhhh….ouchhh…aiiiii….sakkkiiittt….adduhhhhh….” Poppy menjerit histeris waktu gue dorong pinggang ke depan dengan tiba-tiba dan sekuat tenaga.
Tongkol gue masuk sampai ke pangkalnya. Malah kerasa kepalanya sampai mentok ke dasar memiawnya. Begitu mentok gue berhenti sebentar. Gadis itu sesenggukan, nafasnya tersengal-sengal. Tapi yang paling asyik, gue merasa tongkol gue di dalam memiawnya seperti dibasahi cairan hangat. Belakangan gue tahu yang hangat itu darah keperawanannya.

Dengan gerakan kasar dan tiba-tiba, gue kocok tongkol gue di dalam memiaw Poppy. Terasa sempit banget dan kering. Gue sih enak, tapi akibatnya Poppy menjerit-jerit kesakitan dan minta ampun. Poppy masih merintih-rintih waktu tongkol gue tarik keluar, terus gue jongkok di depan selangkangannya. Langsung gue masukin empat jari ke dalam lubang memiawnya yang masih menganga.

“Aucchhhhh…sakkkiiittt…aaahhhh…” Poppy menjerit lagi waktu empat jari gue puter-puter di dalam memiawnya.
Waktu gue tarik keluar empat jari gue yang basah lendir dan darah, cewek itu jatuh melorot sambil terus menangis.
“Hey, bawa sini perawan satu itu, lu ambil memiaw yang ini. Pantatnya buat gue ya!” teriak gue ke teman yang lagi asyik ngucek-ngucek memiaw Umi.

Temen gue cepat bangun lalu menyeret kedua kaki Umi dan menggeletakkan cewek imut-imut itu di dekat kaki gue. Tanpa banyak bicara, dia terus mendorong Poppy yang menangis sambil duduk bersimpuh sehingga jatuh terlentang. Gue tarik Umi sampai kepalanya berbantalkan paha gue, menghadap Poppy yang lagi digarap ulang. Gue remas-remas pelan kedua payudaranya yang kenyal. Cewek itu menangis.

“Kamu paling muda, jadi memiawmu pasti paling enak. Kamu mau tongkolku masuk memiawmu?” kata gue sambil memilin-milin putingnya yang hitam dan mungil tetapi tebal.
“Huuu…jangaaannn…huuu…” ABG itu menangis lagi.
“Lihat Bu Lik Yani dan Bu Lik Poppy itu…memiawnya sudah jebol…kalau kamu nggak mau seperti mereka, kamu harus nurutin apa kata gue, ngerti? Sekarang lihat ini,” Gue lalu menghampiri Yani yang sedang dient*t dan disodomi berbarengan.

Gue pegang kepala Yani yang lagi menjerit-jerit kesakitan. Lalu gue paksa dia mengulum tongkol gue lagi sampai tongkol gue basah. Terus gue suruh temen gue yang lagi nyodok memiaw Yani bangun, gantian dia memasukkan tongkolnya ke mulut Yani. Terus gue suruh pindah tongkol temen gue satunya dari pantat ke memiaw. Badan Yani kelojotan dan gemeteran waktu gue paksa tongkol gue ikut masuk memiawnya.

Temen gue yang dari tadi menyodomi dia rupanya nggak tahan lama lagi. Dia cepat-cepat menggerakkan tongkolnya maju mundur. Yani menjerit histeris, sebab dua tongkol di dalam memiawnya bikin memiawnya seperti mau sobek. Temen gue rupanya nggak tahan. Nggak lama dia ngecrot di dalam memiaw Yani. Yang di atas juga gitu, dia ngecrot lumayan banyak di dalam mulut Yani. Yani ambruk, lemes di lantai. Sekarang gue balik ke Poppy yang lagi menjerit-jerit karena dipaksa duduk di atas tongkol temen gue. Kedua teteknya dicengkeram sehingga dia terpaksa bergerak-gerak naik turun. Dari belakang, gue dorong punggung Poppy yang mulus sampai dia ambruk di atas dada temen gue.

“Kamu nggak mau disodomi juga kan. Lihat nih,” kata gue lagi kepada Umi yang makin kenceng nangisnya.
Poppy menjerit melengking waktu telunjuk gue paksa masuk ke lubang anusnya. Rapet banget, jadi gue paksa satu telunjuk lagi masuk dan gue gerak-gerakin, bikin lubangnya makin lebar. Sampai cukupan buat masuknya kepala tongkol, gue sodok aja. Kepala tongkol gue sekarang kejepit pantat Poppy. Gue dorong dua senti, Poppy menjerit lagi. Mundur satu senti lalu maju tiga senti. Poppy makin keras menjerit. Lalu mundur lagi satu senti dan dengan tenaga penuh….
“Aaaaaachhhhh…aauuhhhhh….saakkkiiitt….nggghhhhh….” Poppy menjerit histeris.
Tongkol gue masuk sampai pangkalnya ke dalam lubang pantatnya. Sempit banget, sampai kerasa tongkol gue seperti remuk di dalam. Tapi terus gue genjot agak lama.

Lima menitan, gue lepas dan dua temen gue yang tadi ngerjain Yani udah siap di belakang Poppy, mau gantiin. Gue balik ke Umi, sementara Poppy mulai menjerit lagi waktu pantatnya disodomi lagi. Tapi jeritannya hilang waktu mulutnya juga diperkosa.
“Gimana? Kamu mau nurut?” kata gue sambil jongkok di sebelah Umi dan mengucek-ucek memiawnya yang berjembut tipis.
“I…iya…iya…” katanya terbata-bata.
“Bagus, sekarang bersihin tongkolku,” kata gue sambil berdiri, menyodorkan tongkol gue yang basah air mani temen gue dan darah dari pantat Poppy.

Umi menelan ludahnya, tampangnya tampak jijik. Tapi karena takut, dia jilat juga tongkol gue. Gila, gue kayak di awang-awang, apalagi dia terus mulai menyedot-nyedot tongkol gue. Setelah lama dia nyepong gue, gue liat tiga temen gue udah selesai. Poppy kayaknya pingsan. memiaw, pantat dan mulutnya belepotan air mani.
“Gue juga bersihin dong,” kata temen-temen gue berbarengan.
Umi nggak punya pilihan lain. Akhirnya gadis imut-imut itu berjongkok di depan empat lelaki, menjilati dan menyepong tongkol-tongkol berlendir. Tidak cuma itu, dia juga gue suruh jilat seluruh air mani di badan Yani dan Poppy. Malah, dari memiaw Yani gue sendokin air mani dan gue suapin ke mulut Umi yang berbibir mungil itu.

“Huuu…huuu…sudahh…saya mau pulang…” Umi terisak sambil duduk bersimpuh.
“Boleh, tapi kamu harus joget dulu,” kata gue sambil melepas ikatan di tangannya.
Umi seperti kebingungan. Tapi tiba-tiba ia menjerit karena temen gue tahu-tahu menyabetkan ikat pinggangnya, kena payudara kirinya.
“Ayo cepet joget!” bentaknya.

Takut-takut Umi berdiri, tapi kali ini temen gue yang lain menampar pantatnya dari belakang.
“Joget yang hot!” bentaknya.
Akhirnya Umi mulai meliuk-liukkan tubuhnya. Merangsang banget, gadis berjilbab tapi bugil, joget di depan gue. Gue tunjuk selangkangannya.
“Ayo, gerakin pinggulmu maju mundur sampai memiawmu kena telunjukku ini,” kata gue.

Umi nurut. Pinggulnya maju mundur sampai memiawnya yang berjembut tipis nyenggol telunjuk gue. Pas mau nyenggol kelima kalinya, sengaja gue sodok agak kenceng sampai seperti menusuk klentitnya. Umi menjerit kesakitan. Sekarang dia malah ketakutan waktu tiga temen gue ikut joget di sekelilingnya sambil memegang-megang buah dada, pantat dan memiawnya.
“Jogetmu bikin aku ngaceng nih!” kata gue sambil mengacungkan tongkol gue yang emang udah tegang banget.

Temen-temen gue ketawa ngakak lalu memegangi kedua tangan Umi dan menelentangkannya di lantai.
“Aaahhh….janngaaaannnn….kalian jahaaaattt…aaahhhh…” Umi menjerit dan meronta-ronta.
Satu kakinya dipegangi temen gue, satu lagi gue pegangin, ngangkang lebar banget. Umi nangis lagi, waktu ngerasa memiawnya mulai kesenggol kepala tongkol gue. Cewek mungil ini menjerit keras waktu jari gue dan temen gue menarik bibir memiawnya ke kanan dan kiri. Terus, tongkol gue mulai masuk 4 senti dan tarikan langsung dilepas. Sekarang tongkol gue kejepit memiaw perawan yang sempit. Gue ambil posisi, pegangan dua buah dadanya yang mulus sambil jempol dan telunjuk gue menjepit pentilnya.

“Aku harus adil dong, masak saudaramu dapat tongkol, kamu nggak?” kata gue sambil dengan tiba-tiba mendorong tongkol gue maju dengan kekuatan penuh.
Akibatnya luar biasa. Umi menjerit sangat keras. Gue sendiri merasa tongkol gue merobek sesuatu yang sangat liat. Begitu tongkol gue mentok ke dasar memiawnya, gue berhenti sebentar. Kerasa memiawnya berdenyut-denyut meremas-remas tongkol gue. Pelan-pelan gue merasa ada cairan hangat membasahi tongkol gue. Itu pasti darah perawannya.

Akhirnya, ABG imut-imut itu menjerit-jerit tak berhenti waktu tongkol gue kocok dengan gerak cepat di dalam memiawnya. Apalagi temen-temen gue asyik meremas-remas teteknya. Malah, kerasa ada yang mulai nusuk pantatnya pakai jari. Ada lagi yang memaksanya ngemut tongkolnya. Nggak lama, gue pindah tongkol ke pantatnya setelah Umi dibikin nungging. Lagi-lagi Umi menjerit histeris, sebab pantatnya yang lebih sempit dari memiawnya itu tetap bisa gue jebol pakai tongkol gue.

Seperti dua cewek lainnya, sekarang Umi telentang di atas dada gue, terus memiawnya yang berdarah disodok tongkol temen gue dari depan. Mulutnya sekarang malah dipaksa ngemut dua tongkol sekaligus. Sekarang Umi gue paksa nungging di atas dada temen gue sambil tongkolnya tetap di dalam memiaw cewek yang baru lulus SMU itu. Dua tongkol masih berebut masuk mulutnya. Dari belakang, sekarang gue coba masukin tongkol gue, bareng tongkol temen gue yang sudah masuk duluan. Umi merintih kesakitan, waktu tongkol gue bisa masuk. Pas tongkol temen gue masuk sampai pangkalnya, gue sodok keras-keras sampai tongkol gue juga masuk sampai pangkal. Umi memiawik keras, sebab terasa ada yang ‘krekk’ di dalam memiawnya. Selaput daranya mungkin sobek lebih lebar lagi.

Gue ambil tongkol karet punya temen gue, terus gue tusukin jauh-jauh ke dalam anusnya. memiawnya jadi terasa tambah sempit aja. Umi mengerang panjang waktu gue nggak tahan lagi, ngocokkan tongkol beneran dan tongkol karet makin cepat.
“Minggir…minggir…” kata gue ke dua temen gue yang lagi memperkosa mulut Umi.
Cepet gue masukin tongkol gue ke dalam mulut berbibir mungil itu dan, sedetik kemudian, air mani gue tumpah banyak banget di dalam mulutnya. Umi sudah lemas waktu dia ditelentangin dan tiga temen gue antri ngocok cepat-cepat lalu nembak di dalam mulutnya.

Cewek itu betul-betul tak berdaya. Saat temen gue yang terakhir nyemprot ke dalam mulutnya, dia malah sudah pingsan. Mulutnya yang terbuka betul-betul putih, penuh air mani. Malah, wajah imut-imutnya juga ikut basah. *** Tiga cewek itu sekarang sudah di mobil lagi. Mulut-mulut mereka yang penuh air mani sudah dilakban, sedang tangan diikat di belakang punggung. Tiga cewek bugil itu digeletakkan begitu saja di lantai tengah mobil. Yani yang pertama siuman, merintih dan menggeliat. Dua temen gue yang jaga di jok tengah lalu mengangkatnya hingga duduk di tengah-tengah. Lagi-lagi payudara montoknya diremas-remas dan putingnya disedot-sedot. Yani cuma bisa merintih. Tapi ia mengerang kesakitan waktu dua ujung gagang kuas lukis yang runcing didorong di atas dua putingnya sampai tak bisa maju lagi.

“Ini bagus dan menarik,” kata temen gue lalu mengikat empat kuas dengan karet gelang di dua ujung gagang kuas, masing-masing dua kuas.
Ia lalu merenggangkan kedua kuas dan menyelipkan payudara Yani di antaranya. Selanjutnya, tarikan dilepas sehingga kuas kembali merapat dan menjepit erat gumpalan daging montok itu di pangkalnya. Dua buah dada Yani diperlakukan seperti itu, sehingga menggelembung dan makin lama makin terlihat merah kehitaman. Yani merintih dan menggeliat-geliat kesakitan. Lalu Poppy yang menyusul siuman juga diperlakukan sama. Terakhir, begitu sampai Kasongan, Umi siuman. Perlakuan yang diterimanya nyaris sama. Bedanya, cuma dua kuas yang menjepit di payudaranya. Tapi, pasti sakit sekali karena yang dijepit adalah dua putingnya sekaligus.

Rumah Yani dini hari itu sepi sekali. Maka mobil langsung masuk garasi yang memiliki pintu tembus ke kamar Yani. Tiga pigura besar langsung disiapkan temen-temen gue. Lalu cewek-cewek yang masih menggeliat kesakitan itu, kita ‘pigura’ dengan tangan terikat di frame atas, kaki di frame bawah.
“Ini pasti lucu,” kata temen gue sambil bawa masuk dongkrak mobil.
Diputarnya dongkrak sehingga bagian pengangkat turun merapat dan ulirnya yang berdiameter tiga senti menonjol tiga senti. Lalu dibuatnya Umi duduk di atas dongkrak. Otomatis besi berulir menusuk memiawnya. Lalu diputarnya lagi dongkrak sehingga turun dan besi berulir naik. Umi mengerang kesakitan, sebab begitu besi pengangkat rapat, besi berulir itu mencuat ke dalam memiawnya sedalam 10 senti lebih.

Darah perawannya bercampur air manipun menetes ke dongkrak dan lantai keramik putih. Sedang Yani dan Poppy dipigura pada posisi berdiri. Dua puting Yani dan Poppy lalu disentuh dengan raket nyamuk. Sekejap tapi dua cewek itu langsung melonjak dan mengerang kesakitan. Lalu gagang raket ditusukkan ke dalam memiaw Poppy. Lubang pantatnya dimasuki lima kuas dengan bulu di dalam. Di memiaw Yani gue masukin dua baterai besar dan satu di pantatnya. Tiga buah pancing lalu gue ikat di pigura Yani. Lalu, tiga kail gue tancapkan di pentil dan klitorisnya. Yani mengerang hebat waktu tali pancing gue gulung sampai menarik tiga titik peka itu. Sampai akhirnya, Yani pingsan lagi.

“Kamu berdua harus pingsan lagi ya?” kata gue kepada Poppy dan Umi yang ketakutan waktu ngelihat enam tusuk gigi lancip di tangan gue.
Pertama-tama Poppy yang mengerang hebat waktu dua tusuk gigi gue tancepin di dua pentilnya sampai lima senti. Darah lalu mengalir dan menetes lewat ujung tusuk gigi. Waktu klentitnya yang gue tusuk dari bawah sampai tembus ke atas, Poppy mengerang lagi dan tubuhnya kejang sampai akhirnya lemas, pingsan. Sekarang Umi yang ketakutan. Gue tarik satu persatu putingnya, gue tusuk tembus melintang sehingga nyangkut di gagang kuas. Darah juga menitik lewat ujung tusuk gigi. Seperti Poppy, dia juga pingsan waktu klentitnya juga gue tusuk tembus melintang.

Keadaan sepi, gue dan temen-temen membuka lebar korden ruang tamu, lalu menyalakan lampu. Cepat kami cabut dari situ sambil melihat pemandangan indah di ruang tamu… *** Seminggu kemudian, gue mampir ke rumahnya. Berlagak nggak tahu, toh Yani, Poppy dan Umi juga nggak tahu kalo gue yang merkosa mereka. Tapi gue kaget juga waktu yang membuka pintu bukan mereka, tapi seorang gadis berjilbab putih panjang dan jubah ungu.

“Saya Kantuningsih. Saya kos di sini,” kata gadis berwajah khas Jawa itu.
“Bu Yani kemana?”
“Bu Yani sekarang tinggal di Klaten…” sahutnya.
Ow… ow… gue kecewa. Tapi entar dulu, kapan-kapan si Kantun ini perlu disodok juga memiawnya. Temen-temen gue harus dikasih tau ! Betapa mempesonanya wanita ini. dibalik kesopanan pakaian tersembunyi pesona liar